Wednesday, March 7, 2012

My Little Princess (English translation)


 One of my favourite song from TVXQ

My Little Princess (English translation)

(micky) How can I forget all the special memories of you?
I still remember , my little princess

(hero) what I’m feeling must be love,
it’s hard to hide it, when a smile appears on my face
(max)I start to miss you before the day even ends
What should I do? My heart is fallen ill

(hero) I’m going to fly high up into the sky and tell the world that I love you
(max) Your aura last deep into the night, girl. I’ll become a star watching over you . you’re my love

(micky) “Lets split up and be happy” let us never to say those words to each other
(xiah) stay by my side , just as you are now. I know that I’m lacking, but I hope you understand

(u know)anticipate a more mature me ( you’re only my girl, my love)
(xiah) I want to become the man that was made  for you

(micky) please give me permission to stay in your heart forever
(hero) if you feel the same way I do, there’ll be no pain
(u-know,xiah,hero) now I will protect you

(max) for you

(micky) do you know how much I love you? Please  stay by my side
(xiah) my little princess, I’m going to show you the love that I’ve keep hidden until now
(micky) forever, with an unchanging heart, girl
(u know) I’m going to love you more than my self

(micky) you’re my love ( I promise you)

Sunday, March 4, 2012

My favorite japanese actor Osamuuuuuuuuu Mukai :*

Profile

  • Name: 向井理 (むかい おさむ)
  • Name (romaji): Mukai Osamu
  • Profession: Actor
  • Birthdate: 1982-Feb-07
  • Birthplace: Yokohama, Kanagawa, Japan
  • Height: 182cm
  • Star sign: Aquarius
  • Blood type: O
  • Family: Older brother
  • Talent agency: Hori Agency

TV Shows

Movies

  • Girl (2012)
  • Bokutachi wa Sekai wo Kaeru Koto ga Dekinai (2011)
  • Paradise Kiss (2011)
  • Beck (2010)
  • Hanamizuki (2010)
  • Gachi Boy (2008)
  • Boku wa, Kimi no Tame ni koso Shini ni Iku (2007)
  • Dakara Watashi wo Suwarasete. Tsuukin Densha de Suwaru Geijutsu (2006)

Recognition

Trivia


Confession Part 1

He was my first love when i was in elementary school. I like him so much for that time. But, i was blinded by my selfishness and my ideality. So, i lost him, i lost his love and now, i'm living in a great remorse. Can you feel my feeling? Feeling for not being able to express your true feeling to him? My heart is sick for this condition. My brain can't work properly when a little memory about him soar in my head. I just wanna cry when i realize that he avoids me. It oppresses my heart when he came to my dream and acted like there was nothing happen between us before.  I'm so sorry, really. I know i'm wrong.. i'm wrong

My Fanfic- Thousand Cranes

Title : Thousand Cranes
Author : Shin Eun Ki
Main Cast :  Kim Ki Bum
                    Shin Soo Yun
Other Cast: Doo Joon
                   Min Neulrin
                   Ahn Seohyun
Length: oneshoot
Genre : sad, romance
Disclaimer: Actually comes out from my mind. Statement in this story based on  
                  Japanese’s belief  and some adopted from film titled                             
                  “Millionaire’s First  Love”
OST : Insa by Jaejoong DBSK

                                                *********
            Fly away… fly away… Love…

                                                 **********         
Waktu kini sudah menunjukkan pukul 12.00 malam. Waktu yang tepat untuk mengistirahatkan seluruh anggota tubuh namun hal itu tidak menjadi alasan bagi Soo Yun untuk menghentikan aktivitas sehari-har inya. Ya, dengan cekatan dia masih melipat-lipat kertas-kertas yang berserakan didepannya, entah itu kertas bon, origami atau jenis apapun menjadi sebuah crane (burung-burungan kertas). Baginya setiap kertas yang dia temukan merupakan suatu keberuntungan dan harapan yang akan dia bentuk menjadi crane.
Tok..tokk..tokk.
Pintu kamarnya terbuka dan dilihatnya oppa kesayangannya masuk dan duduk disampingnya.
“Aigooo.. adik perempuanku yang satu ini nakal ya. Tadi kan oppa menyuruhmu istirahat.” Ucap Doo Joon sambil mengacak-acak rambut Soo Yun.
“Akh, oppa.Aku belum mau istirahat. Nih.. lihat. Aku sibuk tau.” Ucap Soo Yun acuh dan kembali melipat kertas-kertas di depannya. Doo Joon memperhatikan  adiknya itu yang masih saja berkutat dengan crane-nya. Doo Joon tersenyum sekilas. Bisa dia lihat dengan jelas wajah adiknya kelihatan lelah namun masih saja bersikeras untuk melakukan hal ini.
            “Soo Yun-ah, dengarkan oppa. Kau harus istirahat. Wajahmu itu kelihatan lelah. Dan besok kau kan masih harus sekolah. Kau mau telat bangun dan terlambat ke sekolah?” bujuk Doo Joon.
            “Tenang saja oppaaaa.. aku tidak akan telat. Sudah, oppa ke kamar oppa saja sana. Oppa saja yang istirahat. Oppa pasti lebih lelah daripada aku.” Ucap Soo Yun  sambil mencubit pipi Doo Joon.
            “Anni. Aku mau melihat adik kesayanganku tidur lebih dulu. Kalau kau tidak mau dengan cara halus. Baiklah.” Ucap Doo Joon dengan sorot mata mencurigakan. Soo Yun merasa akan terjadi sesuatu dan sebelum dia sempat untuk berfikir sesuatu itu apa, Doo Joon sudah menggendongnya dan melemparnya ke kasur empuknya.
            “Hyaaaaaaa…. Opppppaaa!!!” teriak Soo Yun.  Doo Joon tertawa kecil lalu menangkupkan tangannya di mulut Soo Yun.
            “Itu  akibatnya kalau kau tidak mendengarkan oppa. Dan berhenti berteriak, seisi kompleks bisa terbangun nanti. Lebih baik kau tidur ya my lovely yodongsaeng.” Ucap Doo Joon lembut sambil menutupi tubuh Soo Yun dengan selimut.
            “Ne, ne, ne. Aku akan tidur. Tapi oppa yang harus menyelesaikan kertas-kertas itu.” Ucap Soo Yun sambil melirik meja disampingnya yg masih bertaburan kertas dan crane-nya. Doo Joon tersenyum simpul dan mengangkat jempolnya sebagai tanda dia setuju.
            “Tidurlah.” Ucap Doo Joon sambil menepuk-nepuk pipi Soo Yun. Soo Yun mengangguk dan mulai menutup matanya. Doo Joon berdiri dan berjalan ke meja disampingnya lalu mengambil kertas-kertas yang belum terbentuk menjadi crane. Doo Joon tersenyum pahit dan segera melangkah kearah pintu namun terhenti oleh panggilan Soo Yun.
            “Oppaa.. Jaljayo. Jangan bekerja terlalu keras. Istirahat yang cukup ya oppa. Saranghaeyo.” Ucap Soo Yun dengan senyum manisnya. Doo Joon tertawa kecil melihat tingkah dongsaeng satu-satunya ini.
            “Ne, arasso. Nado saranghaeyo dongsaeng-ah.” Ucap Doo Joon lalu mematikan lampu kamar Soo Yun. Perlahan pintu yang tadi terbuka kini tertutup dan suasana gelap sudah menyelimuti kamar Soo Yun.
            Doo Joon oppa.. bagaimana kalau aku tidak bisa mendengar ocehanmu yang menyuruhku untuk tidur seperti tadi? Bagaimana kalau aku tidak bisa mengucapkan selamat tidur pada mu lagi?

                                       ******************************

“Soo Yun-ah. Kau sudah mengerjakan PR? Semalam aku ketiduran. Ohhh. Soo Yun kau harus membantuku.” Tanya  Seohyun gelisah, teman sebangku Soo Yun.
“ Tenang.. tenang Seohyun-ah. Tunggu sebentar.” Ucap Soo Yun sambil mengacak-acak isi tasnya dan tak lama kemudian dia menyerahkan sebuah buku kepada Seohyun.
“Yey! Gomawo Soo Yun-ah.” UcapSeohyun dengan senyum terkembang dan tak lama kemudian Seohyun sudah berkutat dengan buku di hadapannya itu. Sambil menunggu guru nya datang, Soo Yun mengambil secarik kertas di tasnya dan melipatnya menjadi crane.
“Seohyun-ah. Kau percaya kalau keajaiban akan datang kalau aku sudah berhasil membuat ribuan crane ini?” Tanya Soo Yun tiba-tiba. Seohyun memandang Soo Yun sejenak lalu mengalihkan pandangannya pada crane di tangan mungil Soo Yun. Seohyun meletekkan penanya dan menghembuskan napas.
“Soo Yun-ah. Kau mau keajaiban seperti apa dari secarik kertas yang kau lipat menjadi crane? Hmmmm… Keajaiban yang mungkin adalah saat kau lulus nanti kau bisa langsung diangkat menjadi guru TK untuk mengajari anak-anak kecil membuat crane. Waaaa… Soo Yun ku yang mungil ini akan jadi guru TK, hahaha” Ucap Seohyun  sambil mencubit pipi Soo Yun. Seketika tawa mereka meledak namun terhenti saat Choi Songsaenim memasuki ruang kelas. Seorang laki-laki berusia sama dengan murid-murid di kelas itu mengekor dibelakangnya.
“Anak-anak. Hari ini kita mendapat murid baru. Dia murid pindahan dari Amerika.” Ucap Choi songsaenim. Choi songsaenim memberi tanda kepada murid itu untuk memperkenalkan diri.
“Hello. I’m Kim Ki Bum from America.” Ucap Ki Bum singkat. Seisi kelas terdiam memandangi Ki Bum yang terlihat sangat cuek.
“Kau tidak mau berkat lebih banyak lagi Ki Bum-ssi?” Tanya Choi Songsaenim.
“No. So, can I just sit, then?” Tanya Ki Bum acuh dan mulai berjalan kearah tempat duduk kosong di belakang Soo Yun. Choi songsaenim dan seisi kelas terperangah melihat Ki Bum yang langsung duduk dan memasang earphone di telinganya.
“Why are you looking at me like that??? Go on. Just start the lesson.” Ucap Ki Bum acuh.
                        *****************************
Bel tanda pulang sudah berdering. Soo Yun melirik kearah Ki Bum yang sudah menyampirkan tasnya dan berjalan keluar kelas. Dengan cepat-cepat Soo Yun membereskan buku-buku di mejanya dan memasukkannya kedalam tas. Dengan langkah terburu-buru dan mengacuhkan panggilan Seohyun, dia berusaha mengikuti Ki Bum.
Dengan sepeda yang di kayuh pelan-pelan, Soo Yun mengikuti Ki Bum yang kini tengah berjalan kearah taman didekat kompleks rumahnya. Sadar bahwa sedari tadi ada yang mengikutinya, Ki Bum menghentikan langkahnya  dan membalikkan tubuhnya. Dilihatnya Soo Yun yang tengah tersenyum kaku karena tertangkap basah oleh Ki Bum. Seakan tak perduli sekaligus tak mengerti mengapa gadis itu mengikutinya, Ki Bum kembali melangkahkan kakinya dan duduk dikursi taman. Dia merogohi sesuatu dari  saku celananya yang ternyata merupakan sepuntung rokok. Dia meletakkan rokok itu dimulutnya dan mulai menyulutnya namun, dia terkejut saat mendapati rokok tersebut telah jatuh ke tanah. Dia menoleh kesampingnya. Dilihatnya Soo Yun berdiri dengan menyilangkan kedua tangannya.
“Ya!!! Apa sebenarnya mau mu hah? Are u stalker? Kenapa kau mengikutiku dari tadi dan sekarang, kau membuang rokokku? Maumu apa hah?” teriak Ki Bum di depan muka Soo Yun.
“K au seorang murid dan murid tidak boleh merokok.” Ucap Soo Yun tenang. Ki Bum tertawa kecil dan kembali memandang Soo Yun.
“Kau pikir kau ini siapa, hah? Mau mengaturku dengan omong kosong itu? Kau itu bukan siapa-siapa. Hanya seorang stalker yang sok tahu.” Ucap Ki Bum sambil mendorong pelan tubuh Soo Yun lalu berbalik arah dan kembali berjalan. Soo Yun mencoba menyeimbangkan tubuhnya lalu kembali memanggil Ki Bum. Ki Bum menoleh dengan tatapan malas.
“Mau apa lagi hah?” tanyanya sambil menghentak-hentakkan kakinya ketanah.
“Aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal.” Ucap Soo Yun. Ki Bum mengernyitkan dahinya dan mencoba mencerna kata –kata Soo Yun tadi. Seketika tawanya meledak dan berjalan menghampiri Soo Yun.
“Neo michyeoso??? Selamat tinggal? Seingatku mengucapkan selamat datang padamu saja aku tidak pernah dan sekarang kau mengucapkan selamat tinggal? Gadis aneh. Aigoo.. seharusnya aku tidak pernah ke kota ini dan bertemu gadis aneh sepertimu.” Ucap Ki Bum dingin lalu kembali berjalan menjauhi Soo Yun yang hanya berdiri terdiam sambil tersenyum pahit.
                                    ***********************
            “Aaaaarrrgh.. Kenapa aku harus sekelompok gadis aneh sepertimu, hah?Songsaenimm!! Kau salah orang.” ucap Ki Bum frustasi karena dia harus sekelompok dengan Soo Yun untuk tugas paper mereka. Soo Yun yang masih asyik mencari referensi di perpustakaan hanya tersenyum kecil melihat tingkah Ki Bum.
            “Kau seharusnya berterimakasih dengan songsaenim . Banyak yang mau sekelompok denganku. Jadi kau sudah sangat beruntung bisa sekelompok denganku. Lebih baik kau lanjutkan mencari referensi yang menurutmu cocok untuk tugas kita. Aku tunggu di meja sana.” Ucap Soo Yun menunjuk kearah meja yang dimaksudnya. Ki Bum  mendengus lalu mengambil beberapa buku di rak dihadapannya. Setelah dia rasa cukup, dia berjalan menghampiri Soo Yun yang kini tengah mencatat sesuatu di bukunya.
           Brukkkk. Ki Bum menjatuhkan buku yang dipegangnya dihadapan Soo Yun dengan suara yang lumayan keras.Sontak seisi ruangan perpustakaan memasang tatapan tajam kearah mereka. Soo Yun melotot kearah Ki Bum untuk meminta pertanggungjawaban namun Ki Bum tidak peduli dan berjalan keluar perpustakaan.  Soo Yun membungkukkan tubuhnya dan meminta maaf ke orang-orang yang merasa terganggu karena keributan tadi. Setelah meminjam beberapa buku yang sudah dipilihnya tadi, Soo Yun segera berlari keluar dan mencari Ki Bum.
Setelah kurang lebih setengah jam dia mencari Ki Bum, akhirnya dia menemukan  Ki Bum sedang bermain basket. Soo Yun menghela napas dan meniup poninya sejenak lalu berjalan menghampiri Ki Bum.
            “Ya!! Ki Bum-ssi!!” panggil Soo Yun di tepi lapangan. Ki Bum menoleh sebentar namun kembali memainkan bola basket ditangannya.
            “Ya!! Ki Bum-ssi. Tugas kita belum selesai. Kau mau main sampai kapan?” teriak Soo Yun.
            “Sampai kau menyelesaikan tugas itu baru aku akan berhenti bermain.” Jawab Ki Bum lalu menjulurkan lidah kea rah Soo Yun. Kesabaran Soo Yun sudah mulai habis. Dengan cepat dia berjalan menghampiri Ki Bum dan mengambil bola basket di tangan Ki Bum. Ki Bum melotot kearahnya. Soo Yun pun membalasnya.
            “Kau mau tau apa yang bisa kulakukan kalau kau terus bersikap seperti sekarang?” ancam Soo Yun.
            “ Memangnya kau bisa apa? Aku ingin lihat apa yang bisa dilakukan oleh gadis aneh sepertimu.” Lawan Ki Bum
            “Baiklah. Lihat ini. Kau akan menyesal karena sudah membuatku marah.” Ucap Soo Yun. Dia berjalan kepinggir lapangan hingga dia sampai pada pagar sekolah mereka. Dia tersenyum puas karena melihat ujung pagar sekolah yang cukup tajam dan tanpa basa-basi dia  menancapkan bola basket yang dipegangnya sehingga menimbulkan suara yang menandakan bahwa bola itu sudah kempes. Dia berbalik dan tersenyum puas melihat ekspresi kaget di wajah Ki Bum.
           “ Kau sudah lihat kan? Jadi jangan coba-coba bermain-main denganku.” Ucap Soo Yun sambil melempar bola kempes itu ke tubuh Ki Bum.
            “Ya! Kau pikir aku takut hah? Aku tidak akan terpengaruh dengan ancaman gadis aneh sepertimu.” Ucap Ki Bum tak mau kalah.
            “Oh ya? Tapi sayang, aku juga tidak peduli.” Ucap Soo Yun. Dia membuka tas nya lalu menyodorkan beberapa buku ke tangan Ki Bum.
            “ Dan kerjakan sendiri tugas bagianmu. Aku sudah menyelesaikan tugasku tadi.” Ucap Soo yun lalu berjalan pergi.
            “Ya!! Gadis aneh!!!” teriak Ki Bum yang dibalas dengan lambaian tangan dan juluran lidah Soo Yun.
                                    ***************************
            Malamnya,
                        Soo Yun sudah selesai menyalin kembali tugas paper yang dia kerjakan di perpustakaan tadi siang agar lebih rapi. Setelah membereskan buku-buku dan seragam untuk esok hari, Soo Yun merebahkan tubuhnya di ranjangnya dan tentu saja kembali melakukan aktivitas rutinnya, membuat crane. Dia tertawa kecil saat mengingat kembali kejadian tadi siang.
                        “Aigoo, Ki Bum, seharusnya kau melihat sendiri ekrpresi wajahmu tadi. Hahahhaa.” Gumam Soo Yun disela-sela aktivitas melipat kertasnya.
              Tiba-tiba dia berhenti lalu membuka laci meja disamping ranjangnya dan mengambil kotak kecil berwarna merah didalamnya. Soo Yun memandang sejenak kotak itu dan perlahan seuntai kalung dengan bandul hati terpampang dihadapannya. Dia mengambil dan mengangkat kalung itu lalu membuka bandulnya. Soo Yun tersenyum kecil memandang dua foto anak kecil dengan senyum mengembang di dalam bandul itu.
                        “Neomu kyeopta.” Gumamnya sambil mengelus foto anak laki-laki kecil di bandul itu.
                        Tok.. tok.. terdengar ketukan dari pintu kamarnya. Dia berjalan kearah pintu dan ketika dia membuka pintu kamarnya, Doo Joon berdiri dengan membawa sekantong penuh permen lollipop ditangannya.
                        “Tadaa…” ucap Doo Joon sambil melirik kearah kantong permen lollipop ditangannya. Soo Yun menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah oppa nya.
                        “Oppa ku sayang.. Buat apa kau membawa lollipop ini? Oppa pikir aku masih anak kecil.” Ucap Soo Yun lalu berbalik arah dan kembali merebahkan tubuhnya diranjang. Doo Joon mengikutinya dan duduk ditepi ranjang.
                        “Hey.. Kau ini tidak tau terima kasih ya. Kau tahu ini dari siapa?” ucap Doo Joon. Soo Yun menegakkan tubuhnya dan menggelengkan kepalanya.
                        “Ini dari Neulrin. Dia sudah pulang kuliah dokternya di America. Tadi oppa menjemputnya dan dia memberikan ini sebagai oleh-oleh. Tapi kalau kau tidak mau ya sudah. Oppa simpan saja untuk oppa. Hahaha.” Ucap Doo Joon.
                        “Hyaaaa… Neulrin onnie sudah pulang ke Korea dan ini dari Neulrin onnie?” ucap Soo Yun semangat. Doo Joon mengangguk.
                        “Hyaa.. yasudah, sini lollipopnya.” Ucap Soo Yun sambil menengadahkan tangannya dihadapan Doo Joon.
                        “Andwe. Kau tadi sudah menolaknya.” Ucap Doo Joon sambil meletakkan kantong lollipop itu di belakangnya.
                        “Yaa.. oppa. Aku tadi kan tidak bilang kalau aku menolaknya lagipula itu kan untukku .” Rajuk Soo Yun sambil mengerucutkan bibirnya. Doo Joon tertawa kecil dan mengacak-ngacak rambut adiknya itu.
                        “Kalau sudah mendengar nama Neulrin kau pasti selalu semangat ya. Yasudah,ini lollipopnya.” Ucap Doo Joon.
                        “Tentu saja. Neulrin onnie itu idolaku. Hahaa. Suatu hari nanti aku ingin menjadi seperti Neulrin onnie.” Ucap Soo Yun sambil mulai mengupas bungkus lollipop dan mulai memasukkannya ke mulutnya.
                        “Oh, Jinjja?” Tanya Doo Joon lagi.
                        “Geuromyeon. Aku ingin jadi lulusan terbaik seperti Neulrin onnie. Kuliah di universitas yang sama dengan nya. Kerja di tempat yang sama dengannya. Penampilanku juga harus sama cantiknya seperti Neulrin onnie dan aku ingin punya pacar seperti pacar Neulrin onnie.” Celoteh Soo Yun.
                        “Hahahahaha. Kau kedengaran seperti stalker dan sep ertinya kau memang sudah terobsesi dengan Neulrin. Tapi untuk poin terakhir, oppa setuju. Kau memang harus mendapat pacar seperti oppa. Hahahahahaha.” Ucap Doo Joon.
                        “Sebenarnya aku begini juga untuk kepentingan oppa. Kalau aku bisa satu tempat kerja dengan Neulrin onnie, aku bisa mengawasi dan mencegah laki-laki lain yang mendekati Neulrin onnie.” Ucap Soo Yun
                        “Hahaaha. Tapi jangan sampai laki-laki itu malah berbalik mendekatimu ya. Kalau sampai itu terjadi, oppa tidak akan tinggal diam.” Ucap Doo Joon berapi-api.
                        “Hyaah.. Kau sudah masuk gurauan ku oppa. Hahaha. Tadi aku hanya berimajinasi.” Ucap Soo Yun dan pelahan menundukkan kepalanya.
                        “Ya..ya... Apa maksudmu Soo Yun-ah?” ucap Doo Joon khawatir.
Soo Yun mengangkat kepalanya dan tersenyum.
                        “Dengan kondisiku yang sekarang, apa aku bisa menjadi seperti yang aku bilang tadi, oppa? Apa aku bisa seperti Neulrin onnie yang cantik, baik, punya pekerjaan yang menjanjikan, punya pacar seperti oppa, dan apa aku bisa menikah dan hidup bahagia nantinya? Apa aku bisa seperti itu?” ucap Soo Yun dengan pandangan kosong.
                        “Soo Yun! Apa yang kau bicarakan? Tentu saja kau bisa menjadi seperti yang kau bilang tadi.” Ucap Doo Joon dan perlahan memeluk Soo Yun.
                        “Kau masih muda. Kau harus menemukan cinta dan kebahagiaanmu dan itu pasti akan terjadi. Tidak usah memikirkan hal lain. Arasso?” ucap Doo Joon lagi sambil mengelus pelan kepala Soo Yun. Soo Yun memejamkan matanya dan saat dia membukanya, air matanya sudah mengalir kewajahnya.
                        Oppa, aku sudah jatuh cinta, tapi aku takut.. aku takut aku akan melukai orang yang kucintai itu. Aku takut dia akan terluka lebih dalam daripada diriku sendiri.
                                                *****************************
                        “ Hyaaa.. Soo Yun! Daebak! Kau mendapatkan nilai tertinggi untuk tugas paper kita kemarin. Aigoo.. kau ini memang tidak mau mengalah ya. Sekali-kali biarkan aku yang mendapat nilai tertinggi.” Ucap Seohyun. Soo Yun hanya tertawa kecil melihat tingkah temannya itu.
                        “Hey, Soo Yun. Bagaimana bisa kau mendapatkan nilai lebih tinggi dariku padahal kita sekelompok?” Tanya Ki Bum yang tiba-tiba sudah berdiri disamping Soo Yun.
                        “Hhaha. Nilai tugas itu kan nilai individu walaupun dikerjakan secara kelompok. Nilaiku lebih tinggi darimu ya karena paper ku lebih bagus dari paper buatanmu.” Jawab Soo Yun tanpa memandang Ki Bum dan tetap asyik membuat crane.
                        “Aigoo.. omong kosong macam apa itu? Untuk apa membuat kelompok tapi nilainya tetap individual?” Tanya Ki Bum lagi.
                        “Mollasoyo. Tanya sendiri dengan songsaenim.” Jawab Soo Yun singkat.
                        “Ya! Kau ini bicara denganku atau dengan kertas sih? Kau tidak pernah diajarkan untuk melihat lawan bicaramu, hah?” teriak Ki Bum.
                        “ Yang penting aku menjawab pertanyaanmu kan? Itu tidak masalah.” Jawab Soo Yun enteng.
                        “OMO,, Kau ini benar-benar aneh. Apa aku harus menyingkirkan kertas-kertas ini baru kau bisa melihatku yang sedang bicara denganmu?” ancam Ki Bum yang mulai emosi. Melihat Soo yun yang tidak bergeming dengan ancamannya, Ki Bum benar-benar mengambil semua kertas dan crane di atas keja Soo Yun dan membuangnya keluar melalui jendela yang tidak jauh dari meja Soo Yun. Sontak Soo Yun berdiri dan memandang tajam Ki Bum yang memasang senyum kemenangan.
                        “Nappeun nom.” Ucap Soo Yun lalu berjalan melewati Ki Bum.
                        “Ya! Ki Bum-ssi. Kau ini keterlaluan. Bagaimana bisa kau membuang kertas-kertas itu begitu saja?” ucap Seohyun.
                        “Wae gurae? Apa aku salah? Itu hanya kertas. Apa istimewanya?” kilah Ki Bum membela diri.
                        “Bagi semua orang mungkin itu hanya kertas tak berhaga tapi bagi Soo Yun kertas itu sangat berharga. Sebaiknya kau berpikir dahulu sebelum bertindak. Gunakan otakmu itu.” ucap Seohyun sambil berlalu.
                        “Benar-benar gadis aneh.” Gumam Ki Bum.
                                                *****************************
                        Hari ini hari Minggu. Sekolah pun libur. Ki Bum berlari pagi menyusuri kompleks rumahnya. Saat tengah beristirahat di taman, dia melihat Soo Yun bersepeda dengan beberapa anak kecil. Soo Yun terlihat sangat ceria. Tanpa sadar, Ki Bum mengikuti Soo Yun dan sekarang dia sudah didepan sebuah taman kanak-kanak yang juga tak jauh dari sekolahnya. Soo Yun dan beberapa anak kecil tadi duduk di bangku halaman TK itu. Ki Bum berjalan mendekat dengan hati-hati agar tidak terlihat oleh Soo Yun. Dia bisa melihat Soo Yun dengan gembiranya bernyanyi dan mengobrol dengan anak-anak itu. Sesuatu hal dari diri Soo Yun yang tidak dia perhatikan selama ini, Soo Yun terihat cantik saat tersenyum. Tanpa sadar senyumnya pun mulai mengembang menyaksikan pemandangan dihadapannya.
                        “Aigoo.. apa yang aku pikirkan tadi? Andwe.. andwe.”gumam Ki Bum dan membalikkan badannya. Baru beberapa langkah dia berjalan menjauhi TK itu, langkahnya terhenti dengan ucapan cempreng seorang anak yang bersama Soo Yun. Dia menoleh dan mencoba mendengarkan pembicaraan mereka.
                        “Noona. Mengapa kau selalu membuat crane? Apa istimewanya? Itu hanya kertas kan?” Tanya seorang bocah laki-laki bernama Yoogeun. Soo Yun tertawa kecil sambil mengelus kepala Yoogeun.
                        “Yoogeun, mungkin bagi beberapa orang, kertas yang noona buat menjadi crane ini tidak ada istimewanya. Tapi, bagi noona, tentu ada maknanya. Kalian percaya dengan keajaiban??” Tanya Soo Yun yang dijawab dengan anggukan kepala dari anak-anak tersebut.
                        “Itulah makna crane ini. Keajaiban. Ada seseorang yang berkata bahwa kalau kita melipat kertas menjadi crane, kita bisa mendapatkan keajaiban dan harapan kita bisa terkabul.Tapi, keajaiban itu belum mau datang kalau crane yang noona buat belum mencapai ribuan. Oleh sebab itu, setiap hari noona selalu membuat crane ini supaya bisa mencapai ribuan dan keajaiban yang noona tunggu bisa datang secepatnya.” Ucap Soo Yun semangat. Anak-anak dihadapannya pun terlihat sangat antusias mendengarkan penjelasan dari Soo Yun.
                        “Memangnya keajaiban apa yang noona tunggu?” Tanya Yoogeun ingin tahu. Ki Bum yang juga mendengarkan sedari tadi mengangguk-anggukkan kepalanya karena isi kepalanya sama dengan Yoogeun. Soo Yun kembali tersenyum kecil dan menyapu pandangannya kepada anak-anak dihadapannya saat ini.
                        “ Keajaiban yang bisa menghilangkan rasa sakit yang noona rasakan sekarang dan harapan seseorang yang noona rindukan bisa mengingat noona kembali. Dan tentu saja harapan agar kalian tumbuh menjadi anak yang lucu, baik dan bisa diandalkan.” Ucap Soo Yun dengan senyum terkembang di wajahnya.
            Ki Bum merasakan sesuatu yang aneh saat dia melihat wajah Soo Yun yang agak meredup dan mendengarkan ucapannya tadi. Sesuatu didalam otaknya seakan-akan membisikkan sesuatu yang berhubungan dengan gadis itu dan sesuatu dalam dirinya entah kenapa berkeinginan untuk melindungi gadis itu.
                        “Ada apa ini? Ada apa sebenarnya dengan diriku.?” Gumam Ki Bum sambil menggaruk kepalanya dan meninggalkan tempat itu dengan sejuta pertanyaan diotaknya.
                                    ****************************
                        “Seohyun..Dimana Soo Yun?” Tanya Ki Bum saat dia sadari Soo Yun belum datang padahal bel sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.
                        “Mollaso. Tadi aku hubungi handphone nya tidak aktif dan aku belum sempat ke rumahnya. Apa urusanmu menanyakan Soo Yun?” selidik Seohyun.
                        “Apa tidak boleh kalau aku menanyakan Soo Yun?” ucap Ki Bum membela diri.
                        “Boleh saja, tetapi sedikit aneh.” Ucap Seohyun sambil mengetukkan jari di bibirnya.
                        “Apanya yang aneh? Kau jangan berpikiran macam-macam. Lebih baik kau beritahu alamat rumah Soo Yun padaku.” Pinta Ki Bum.
                        “Mwo? Memangnya kau mau ke rumahnya? Untuk apa?” Tanya Seohyun curiga.
                        “Ada sesuatu yang harus aku berikan padanya. Sudahlah. Cepat beritahu alamatnya padaku.” Ucap Ki Bum buru-buru.
                        “Arasso.” Ucap Seohyun sambil merobek kertas lalu menuliskan alamat Soo Yun. Ki Bum tersenyum puas melihat secarik kertas dari Seohyun itu.
                        “Gomawo, Seohyun-ssi.” ucap Ki Bum lalu menyimpan kertas itu kekantongnya.
                                    ********************************
                               Soo Yun masuk rumah sakit. Dia harus dirawat selama beberapa hari.
                        Trap.. trap… trap.. Ki Bum berlari sekuat tenaga melawan hujan yang sedari tadi turun dengan deras . Dia berusaha mencari taksi atau kendaraan yang lain tapi sepertinya orang-orang tidak ada yang beraktivitas di cuaca yang berubah seperti sekarang. Ki Bum terus berlari hingga dia sampai dirumah sakit yang ditujunya.
                        Soo Yun, apa yang terjadi padamu sebenarnya?
                        Dengan pakaian yang sudah basah kuyup, Ki Bum berlari kearah resepsionis dan  menanyakan kamar Soo Yun. Setelah mendapatkan kamar Soo Yun dia segera berlari tanpa peduli dengan pandangan orang-orang disekitarnya. Ki Bum berhenti didepan kamar Soo Yun. Melalui kaca pintu kamar tersebut dia memperhatikan Soo Yun dengan muka pucat berbaring di ranjang. Hatinya mencelos melihat keadaan Soo Yun yang jauh dari keadaannya dihari-hari sebelumnya. Dia mencoba membuka pintu kamar tersebut namun terhenti oleh suara yang memanggilnya.
            “ Nuguya?” Tanya seseorang. Ki Bum menoleh dan mendapati seorang wanita berpakaian dokter berdiri di belakangnya.
            “’Ki Bum, teman Soo Yun. Aku diberitahu oleh Doo Joon hyung kalau dia di rawat disini.” Jawab Ki Bum.
            “Oh, begitu. Saya Neulrin. Saya dokter yang bertanggungjawab atas Soo Yun. Silahkan kalau kau ingin menjenguknya. Tapi jangan sampai dia terbangun, dia masih harus istirahat.” Ucap Neulrin dan beranjak meninggalkan Ki Bum.
            “Chankamman, Neulrin noona.” Cegah Ki Bum. Neulrin berhenti dan membalikkan tubuhnya.
            “Sebenarnya, sebenarnya Soo Yun sakit apa? Penyakit apa yang diderita Soo Yun? Tanya Ki Bum. Neulrin memandang Ki Bum sejenak dan menghela napasnya.

                        **********************************************
                 Perlahan Soo Yun membuka matanya. Putih. Pasti dirumah sakit pikirnya. Dia memandangi sekelilingnya dan terkejut saat mendapati Ki Bum duduk disampingnya.
                 “Annyeong..” ucap Ki Bum kaku. Soo Yun berusaha untuk bangun dan menegakkan tubuhnya yang langsung dibantu oleh Ki Bum.
                 “Mengapa kau ada disini, Ki Bum-ssi?” Tanya Soo Yun.
                 “ Tentu saja menjenguk orang sakit. Kau pikir rumah sakit isinya apa?” ucap Ki Bum sekenanya.
                 “Kau mengetahui penyakitku?” Tanya Soo Yun lemah.
                 “Tidak tahu pasti. Yang aku tahu kau sakit maag . Kau ini bagaimana, kau pasti tidak menjaga pola makanmu sampai maag mu bisa kambuh.” Ucap Ki Bum cerewet. Soo Yun tertawa melihat ekspresi Ki Bum yang sok mengkhawatirkannya.
                 “Hey, kenapa kau tertawa, apa ada sesuatu yang lucu?” Tanya Ki Bum
                 “Anni. Hanya sedikit aneh melihat ekspresi wajahmu tadi.” Ucap Soo Yun sambil tertawa. Ki Bum juga ikut tertawa melihat Soo Yun yang tertawa lepas.
                 “Chankamman. Kenapa dengan pakaian dan rambutmu?” Tanya Soo Yun setelah sadar bahwa pakaian Ki Bum agak sedikit aneh. Dia menjulurkan tangannya dan memegang  pakaian Ki Bum.
                 “Mwo? Basah? Kenapa kau memakai baju basah?Apa baju dirumahmu semuanya sedang dicuci jadi kau memakai baju basah?” Tanya Soo Yun.
                 “Anni. Tadi kehujanan.” Jawab Ki Bum singkat.
                 “Mwo? Kehujanan? Kenapa kau tidak ganti baju? Aigooo.. kau ini benar-benar bodoh.” Ucap Soo Yun. Soo Yun mengambil handphone diatas meja dan segera meletakkannya ketelinganya. Ki Bum tersenyum kecil melihat Soo Yun yang sepertinya mengkhawatirkannya.
                 “Tunggulah..Sebentar lagi perawat  akan membawakan pakaian untukmu. Aigoooo.. aku tidak habis pikir bagaimana bisa ada orang yang menerobos hujan, basah kuyup dan berada di ruangan ber-AC seperti kau. Kau mau membuat orang sakit merawat orang sakit ya. Ckckkc. Pabo.” Gerutu Soo Yun.
                 Tak lama kemudian, perawat memasuki kamar dan memberikan pakaian pasien dan juga kopi kepada Ki Bum.
                 “Soo Yun, kau mau memakaikan pakaian ini ketubuhku?” Tanya Ki Bum. Soo Yun mendelik kearah Ki Bum dengan tatapan “Pakai saja sendiri.”. Ki Bum tertawa lalu berjalan kea rah kamar mandi. Beberapa menit kemudian, Ki Bum kembali duduk di samping ranjang Soo Yun.
                 “Cepat minum kopinya.” Perintah Soo Yun. Ki Bum menurut dan mulai menyeruput kopinya. Ki Bum teringat sesuatu lalu membuka tasnya. Dia menyodorkan toples berisi crane kepada Soo Yun. Mata Soo Yun membulat melihat crane yang menumpuk di dalam toples ditangannya.
                 “Apa ini? Kenapa kau memberi ini padaku?” Tanya Soo Yun
                 “Tentu saja crane. Kau tidak bisa lihat, hah? Ckckckck,, tak kusangka maag yang kau derita ternyata mempengaruhi kesehatan matamu. Malang sekali nasibmu, nak. Kckckkc.” Oceh Ki Bum.
                 “Aigoo, kau ini.” ucap Soo Yun sambil memukul tangan Ki Bum.
                 “Hahahahaha. Kau seharusnya melihat ekspresimu sekarang Soo Yun.” Ucap Ki Bum. Soo Yun menggembungkan pipinya dan meniup poninya.
                 “Mianhae, Soo Yun.” Ucap Ki Bum tiba-tiba. Soo Yun menoleh kearah Ki Bum dengan tatapan tidak mengerti. Ki Bum terdiam dan hanya memasang senyuman yang benar-benar tidak dimengerti oleh Soo Yun.
                                    ******************************
                 “Ya! Soo Yun kenapa kau tidak masuk kemarin?” Tanya Seohyun.
                 “Ada urusan mendadak.” Bisik Soo Yun. Seohyun mengangguk.
                 “Hey! Soo Yun. Kenapa kau sekolah kau harusnya di rumah sa…” ucapannya terhenti karena tangan Soo Yun memblokir mulutnya. Soo Yun menyengir kea rah Seohyun yang sepertinya mencurigai mereka. Soo Yun segera menyeret Ki Bum keluar menjauhi kelas mereka. Setelah cukup jauh dari kelas mereka, Soo Yun menjauhkan tangannya dari mulut Ki Bum.
                 “Kau mau mati hah? Jangan sekali-kali mengungkit tentang hal kemarin di depan Seohyun, dia bisa over protective padaku dan kau tahu aku tidak mau hal itu terjadi. Arasso.” Ucap Soo Yun.
                 “Ara.. ara. Tapi kau harus pulang denganku pulang sekolah nanti.” Ucap Ki Bum.
                 “Mwo? Wae???” Tanya Soo Yun
                 “Ya, pokonya mulai sekarang kau harus berangkat dan pulang sekolah denganku. No objection. Ara????” ucap Ki Bum sambil berlalu.
                 “Ya! Kenapa kau jadi yang mengaturku hah?” Teriak Soo Yun. Ki Bum berbalik dan menjulurkan lidahnya lalu kembali berjalan menuju kelas.
                                    ******************************
                 “Aaaaa… Ki Bum!! Pelan-pelan. Awas saja kalau aku jatuh ya. Kau rasakan akibatnya nanti.” Teriak Soo Yun sambil memukul-mukul punggung Ki Bum karena mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Siang ini sesuai janjinya tadi, dia pulang sekolah bersama Ki Bum.
                 “Hey, kau bisa diam dan berhenti memukulku? Atau kau mau benar-benar jatuh dari motor ini?” balas Ki Bum.
                 “Annio. Cepat kurangi kecepatannya. Jebal.” Pinta Soo Yun.
                 “Arra.” Ucap Ki Bum sambil tertawa lalu mengurangi kecepatan motornya hingga ke kecepatan paling rendah. Soo Yun bernapas lega namun justru merasa aneh.
                 “Ya! Kenapa lambat sekali?Apa tidak bisa lebih cepat sedikit?” ucap Soo Yun sambil mengetukkan jarinya di pundak  Ki Bum.
                 “Aigoo.. Kau ini cerewet sekali. Bisa diam tidak? Tadi kau sendiri yang minta dikurangi kecepatannya.” Gerutu Ki Bum.
                 “Tapi tidak selambat siput seperti ini. Pabo.” Balas Soo Yun sambil memukul kepala Ki Bum.
                 “Gurae. Kau mau lebih cepat kan. Siap-siap ya.” Ucap Ki Bum.
                 “Ya ya ya, Ki Bum. Kau jangan main-main.” Ucap Soo Yun. Soo Yun menelan ludah karena merasa sesuatu akan terjadi dan benar saja, tiba-tiba Ki Bum menarik gas dan kecepatan yang semula seperti siput kini seperti perampok yang dikejar-kejar polisi.
                 “YAAAAA… KI BUM!!!” teriak Soo Yun panik dan tanpa sadar langsung memeluk pinggang Ki Bum dengan mata terpejam. Ki Bum melirik tangan yang melingkar di pinggangnya dan tersenyum puas.
                                                ***************
                 “Oppaaaa…oppaaaa.. sakiit.” Rintih Soo Yun sambil memegang perut bagian kanan bawahnya. Soo Yun berbaring dengan tangan yang mencengkram kuat ujung ranjangnya. Dia menggigit ujung bibirnya dan keringat pun mulai bermunculan di wajahnya. Tangannya menggapai-gapai laci meja disamping ranjangnya namun tangannya menyenggol lampu meja sehingga terjatuh dan pecah. Seketika ruang kamar Soo Yun menjadi gelap gulita. Soo Yun berteriak memanggil-manggil oppanya.
                 Terdengar suara pintu yang terbuka dengan kasar. Doo Joon muncul dan terkejut dengan kondisi adiknya yang kini menangis dan merintih di ranjangnya.
                 “Soo Yun-ah” seru Doo Joon.Dia menyalakan sakelar lampu kamar dan langsung meraih tubuh Soo Yun.  Tangannya menggapai laci meja dengan panik dan mengambil botol obat didalamnya.
                 “Bertahanlah Soo Yun. Minum obat ini dulu untuk mengurangi rasa sakitnya.” Ucap Doo Joon lalu memasukkan obat tersebut ke mulut Soo Yun. Doo Joon mengusap wajah Soo Yun yang sudah pucat dan berkeringat lalu membopongnya dan membawanya ke rumah sakit.
                                    *************************
                 “Untuk sementara keadaannya sudah stabil. Tapi masih berkemungkinan besar untuk kambuh lagi.” Ucap Neulrin kepada Doo Joon yang duduk disampingnya. Neulrin menjadi dokter Soo Yun setelah kepulanganya dari Amerika.
                 “Apa tidak ada cara lain agar penyakitnya sembuh, Neulrin-ah?” Tanya Doo Joon dengan raut wajah yang berusaha tegar namun Neulrin bisa melihat sorot mata khawatir diwajah Doo Joon.
                 “Kanker hati yang dialami Soo Yun sudah stadium akhir Doo Joon-ah. Kalau pun dilakukan pencangkokan hati, kemungkinannya sangat kecil melihat kondisi Soo Yun yang sesungguhnya lebih lemah dari kebanyakan orang yang menderita penyakit yang sama. Hal yang bisa kulakukan sekarang hanyalah mengurangi rasa sakit yang dirasakannya apabila penyakitnya kambuh. Mianhae. Jeongmal mianhae, Doo Joon-ah.” Ucap Neulrin lirih sambil menggenggam tangan Doo Joon.M elihat wajah Neulrin yang berubah sedih dan menyiratkan penyesalan, Doo Joon meraih tubuh Neulrin dan memeluknya.
                 “Gwenchana, Neulrin-ah. Gwenchana. Kau sudah berusaha untuk menyembuhkan adikku. Kau tidak perlu merasa bersalah.” Hibur Doo Joon sambil mengusap lembut kepala Neulrin.
                 “Tapi,aku seorang dokter, Doo Joon-ah. Aku seperti merasa tidak berguna.” Ucap Neulrin lagi.
                 “Annio. Aku lah yang tidak berguna. Sebagai kakak, aku tidak bisa menggantikannya untuk merasakan rasa sakitnya. Sebagai kakak aku hanya bisa menyaksikannya melawan penyakitnya sendirian tanpa bisa berusaha apa-apa. Aku lah yang tidak berguna, Neulrin-ah. Kalau saja aku bisa, aku akan menggantikannya untuk merasakan sakitnya. Kalau aku bisa aku pasti akan melakukannya Neulrin-ah. Anni. Seharusnya dulu aku bertemu lebih cepat dengannya dan lebih cepat menyadari penyakitnya. Semua ini karena kekuranganku Neulrin-ah.” Ucap Doo Joon lirih. Neulrin melepaskan pelukan Doo Joon dan perlahan meraih wajah Doo Joon dengan kedua tangannya.
                 “Anni. Kau tidak boleh berpikiran seperti itu. Ini sudah menjadi takdir bagi Soo Yun. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah berdoa dan bersikap tegar didepan Soo Yun. Kita harus selalu membuat Soo Yun bahagia dan melupakan penyakitnya. Jangan sampai kesedihan kita mengganggu kondisi tubuhnya dan justru memperburuk keadaannya.” Ucap Neulrin yang dibalas dengan anggukan kepala Doo Joon.  Tanpa mereka sadari, Soo Yun yang berdiri didepan pintu ruangan itu mendengar semua pembicaraan mereka. Soo Yun menutup mulut dengan tangannya untuk mencegah suara isakannya terdengar.
                 “Doo Joon oppa.. Neulrin onnie..mianhae..” lirih Soo Yun.
                                                *******************
*********
            “Hey, Soo Yun, kau tidak boleh makan makanan itu. Kau yang ini saja.” Ucap Ki Bum saat melihat Soo Yun yang hendak memakan jajanan pinggir jalan yang dibeli oleh Seohyun. Dengan cepat Ki Bum menggantikan makanan ditangan Soo Yun dengan sekotak bento.
            “Eh, sejak kapan kau bawa bento? Aigooo.. Kami yang perempuan saja tidak bawa.” Ucap Seohyun.
            “Ah. Kau mau tau saja Seohyun. Lagipula kalian ini aneh, saat melakukan perjalanan seperti sekarang seharusnya membawa bekal dari rumah. Kalian ini benar-benar gadis aneh.” Ucap Ki Bum sok tahu.
            “Cih, sejak kapan seorang Ki Bum yang sok cuek dikelas sekrang justru perhatian dengan hal sepele seperti ini. Aku pikir yang aneh itu kau, Ki Bum-ssi.” cibir Seohyun.
            “Ah, sudah-sudah. Cuma hal kecil seperti ini saja diributkan. Adilnya kalian berdua yang aneh.” Potong Soo Yun lalu membuka bento ditangannya. Sementara itu Ki Bum dan Seohyun masih sibuk mencibir dan menjulurkan lidah masing-masing.
            “Waaa… Ki Bum, kau sendiri yang membuat ini semua?” teriak Soo Yun tiba-tiba yang sukses menghentikan kegiatan tidak penting yang dilakukan Ki Bum dan Seohyun sedari tadi.
            “Iya, sedikit dibantu bibi yang tinggal di sebelah apartemenku, hhe.” Jawab Ki Bum.
            “Oh, Jinjja? Sepertinya enak. Aku mau coba.” Ucap Seohyun yang menjulurkan tangan kearah bento tersebut namun ditepis oleh tangan Ki Bum.
            “Itu untuk Soo Yun, bukan untuk kau. Kau makan yang ini saja.” Ucap Ki Bum sambil mnyerahkan makanan yang diambilnya dari Soo Yun tadi.
            “Huh. Kau ini sangat pilih kasih, Ki Bum-ssi.” cibir Seohyun sambil menggigit makanan ditangannya dengan kasar.
            “Hahaha. Aku makan ya.” Ucap Soo Yun lalu mulai memakan makanan dihadapannya. Ki Bum tersenyum dan terus memandangi Soo Yun yang lahap memakan makanan pemberiannya. Seohyun memandang mereka bergantian, menyipitkan matanya, mengangguk-anggukan kepalanya dan akhirnya otaknya sudah menyimpulkan suatu kesimpulan.
            “Aku mencium sesuatu diantara kalian.” Ucap Seohyun tiba-tiba. Ki Bum dan Soo Yun sama-sama menoleh ke Seohyun.
            “ Ne?Mencium apa? Apa ada sesuatu yang merasuki hidungmu?” Tanya Ki Bum polos sambil memeriksa tubuhnya apakah ada sesuatu yang aneh.
            “Pabo! Aku mencium sesuatu diantara kau dan Soo Yun, bukan sesuatu ditubuhmu.” Ucap Seohyun sambil memukul kepala Ki Bum.
            “Yak! Kenapa kau memukulku? Memangnya kau mencium apa, hah?” Tanya Ki Bum sambil menggosok kepalanya yg dipukul Seohyun.
            “Hmmm… Aku rasa kalian ada perasaan yang lebih satu sama lain.” Ucap Seohyun dengan gaya detektif.
            “Mwo? Maksudmu, kami saling menyukai, begitu?” Tanya Soo Yun memastikan. Seohyun mengangguk-anggukan kepalanya.
            “Pabo! Jangan berpikiran macam-macam. Bagaimana bisa aku menyukai gadis aneh seperti dia.” Ucap Ki Bum sambil memukul kepala Seohyun.
            “Cih, siapa juga yang mau menyukai laki-laki bodoh, cuek dan suka merokok sepertimu?” balas Soo Yun sambil menjulurkan lidahnya. Sementara Ki Bum dan Soo Yun saling cibir-mencibir. Seohyun mengambil perlahan-lahan bento yang diletakkan Soo Yun disampingnya. Dengan kekehan pelan dia berdiri dan berjalan pelan-pelan menghindari mereka.
            “Selamat bertengkar ya Soo Yun, Ki Bum.” Ucap Seohyun sambil mengangkat bento ditangannya dan tersenyum penuh kemenangan.
            “Hyaaa!!! Seohyun!! Itu untuk Soo Yun, bukan untukmu. Cepat kembalikan.” Teriak Ki Bum. Seohyun menjulurkan lidahnya dan berlari karena Ki Bum menghampirinya. Akhirnya mereka pun saling kejar-mengejar sambil sesekali mencibir satu sama lain. Dari kejauhan, Soo Yun hanya tertawa kecil melihat tingkah dua temannya itu yang masih seperti anak kecil.
            Tuhan, kuatkan aku. Tolong, beri aku kesempatan dan waktu sedikit lagi. Aku masih ingin melihat mereka seperti ini.
                                                ******************************
            “Ya, baiklah anak-anak. Acara perpisahan kita sudah akan berakhir. Mari kita berfoto bersama sebagai kenang-kenangan.” Ucap songsaenim mengatur murid-murid yang tampak senang dibalik rasa lelah karena seharian menghabiskan waktu bersama dalam rangka perpisahan kelas mereka.
            Dengan gesit murid-murid mulai membentuk formasi foto mereka.
            “Ya, kau disini.” Ucap Ki Bum menarik Soo Yun agar berdiri disampingnya.
            “Anio,aku mau disamping Seohyun.” Ucap Soo Yun menolak.
            “Andwe. Kau tetap disini.” Paksa Ki Bum dan mempererat genggaman tangannya.
Soo Yun masih tetap mencoba untuk melepas tangan Ki Bum namun sia-sia dan disaat songsaenim menginstruksikan untuk mengatakan “kimchi”, Ki Bum menarik tubuh Soo Yun lebih dekat. Tangannya merangkul bahu Soo Yun.
            “Ayo, Kimchiiii.” Ucap Ki Bum sambil melihat kearah kamera. Dengan pasrah Soo Yun tersenyum kecil dan melihat kearah kamera.
            “Kimchii.” Ucapnya dan tanpa sadar kepalanya menyender di bahu Ki Bum.
                                                *******************************
            “Hahaha. Aku masih merasa geli saat kau menolak membantu songsaenim mengangkat Seo Woo yang muntah di bis. Tak kusangka kau takut dengan hal seperti itu. Hahahha.” Ucap Soo Yun. Ki Bum mengerucutkan bibirnya melihat Soo Yun yang tertawa bahagia karena mengingat  kejadian memalukan saat perjalanan pulang tadi.
            “Kau bisa berhenti tertawa tidak? Atau kau tidak akan selamat sampai rumahmu.” Ancam Ki Bum.
            “Mwo? Kau mengancamku? Rumahku saja tinggal beberapa langkah lagi. Pabo.” Cibir Soo Yun dan memukul kepala Ki Bum.
            “Oh, iya ya.” Ucap Ki Bum sambil menggosok kepalanya dan segera menyusul Soo Yun yang sekarang berjalan didepannya. Mereka berjalan dalam diam dan hanyut dalam pikiran mereka masing-masing
            “Hey, ada yang mau kuberikan.” Ucap Ki Bum saat mereka sudah sampai didepan rumah Soo Yun. Soo Yun melirik kearah tas yang sekarang mulai diobrak-abrik oleh tangan Ki Bum. Tak perlu waktu lama bagi Ki Bum untuk mengeluarkan toples  ukuran sedang yang berisi crane warna-warni. Seketika mata Soo Yun membulat dan bibirnya melengkungkan senyuman manisnya.
            “Waa. Ini untukku? Kapan kau membuat semua ini?” Tanya Soo Yun takjub.
            “Kalau bukan untukmu, untuk siapa lagi? Disini hanya ada kita berdua. Dasar gadis aneh. Aku membuatnya saat ada waktu senggang disela-sela belajar untuk ujian kemarin. Kau jangan berpikiran macam-macam ya. Aku membuatnya karena melihat crane buatanmu itu sangat jelek. Ckckckkck. Setelah kuingat-ingat memang benar-benar sangat jelek.” Ucap Ki Bum sambil menyilangkan tangan didadanya.
            Pletaakk. Tangan Soo Yun sukses mendarat di kepala Ki Bum dan pandangannya kini pun mulai mengerikan.
            “Yak! Kenapa memukulku terus sih? Aigoo.” Ucap Ki Bum sambil memegang bagian kepala yang dipukul Soo Yun.
            “Makanya kau jangan bicara sembarangan. Enak saja kau bilang crane buatanku jelek. Masih beruntung kau hanya kena pukulanku kau belum merasakan serangan lainnya.” Ucap Soo Yun.
            “Memang crane buatanmu jelek kok. Apa itu, sayapnya pendek sebelah, ekornya kepanjangan. Pembagian bagian matanya tidak sama. Masih  lebih bagus crane buatanku.” Ucap Ki Bum memuji dirinya.
            “Aish, sudah-sudah. Lebih baik kau pulang. Pulang sana.” Ucap Soo Yun mengusir Ki Bum.
            “Ya, enak saja kau main usir saja. Setidaknya bilang terima kasih dulu karena aku bersedia mengantarmu sampai rumah ditambah crane yang aku beri tadi.” Ucap Ki Bum mengulur waktu.
            “Siapa yang meminta kau mengantarku dan memberiku crane? Aku tidak pernah meminta kau untuk melakukannya. Sudah-sudah. Sekarang kau pulaaang. Sudah malam tahu.” Paksa Soo Yun sambil mendorong paksa Ki Bum.
            “Ara. Ara. Aku pulang. Lebih baik kau lepaskan tanganmu dan berhenti mendorongku seperti ini.” ucap Ki Bum. Soo Yun pun melepaskan tangannya dan tersenyum penuh kemenangan.
            “Baiklah, aku pulang. Jaga dirimu baik-baik. Simpan juga crane itu…Annyeong.” Ucap Ki Bum lalu membalikkan tubuhnya dan mulai berjalan. Soo Yun juga membalikkan tubuhnya hendak membuka pintu pagar. Namun, saat melihat toples berisi crane ditangannya, dia kembali membalikkan tubuhnya dan memandangi punggung Ki Bum yang mulai menjauh.
            “KIBUM-AH!!” teriak Soo Yun. Ki Bum pun menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya. Dia menatap Soo Yun dengan tatapan tanda tanya.
            “JEONGMAL GOMAWOYO. HATI-HATI DIJALAN. ANNYEONG!!!”teriak Soo Yun sambil melambaikan tangannya yang memegang toples berisi crane. Ki Bum yang melihat Soo Yun membalas dengan melambaikan tangannya dan tersenyum lalu kembali membalikkan tubuhnya, meneruskan langkahnya yang terhenti tadi. Perlahan tangan Soo Yun turun dan memegang kuat toples ditangannya. Pandangannya masih tertuju pada punggung Ki Bum yang kini sudah hampir menjadi titik hitam.
            Ottokhajyo? Apa yang harus aku lakukan? Tuhan, aku mencintai laki-laki itu.
            Melihatnya tersenyum padaku tanpa tahu keadaanku yang sebenarnya benar-benar membuatku tersiksa. Bagaimana kalau dia mengetahui keadaanku yag sebenarnya? Apa yang harus aku lakukan? Apa aku bisa melihat senyumnya lagi?Tuhan, apa yang harus aku lakukan?
                                                ***************************
            Ting tong ting tong
            Bel rumah Soo Yun berbunyi. Soo Yun yang sedang  berkutat di dapur kini berlari-lari kecil kearah pintu.
            “Onnie!!!” teriak Soo Yun dan langsung menghambur kearah Neulrin dihadapannya. Neulrin tersenyum dan membalas memeluk adik kekasihnya itu.
            “Onnie, tumben sekali datang kerumah. Apa dirumah sakit sedang tidak ada pekerjaan?”Tanya Soo Yun setelah melepaskan pelukan mereka.
            “Onnie sengaja mengambil cuti hari ini untuk bertemu denganmu, Soo Yun sayang.” Ucap Neulrin sambil mengusap pelan rambut Soo Yun.
            “Oh, aku pikir onnie dan oppa mau kencan. Hehehehe.” Ucap Soo Yun sambil tertawa kecil.
            “Hey, hey, Soo Yun. Kenapa tidak menyuruh Neulrin masuk dan justru ngobrol diluar?” teriak Doo Joon dari dalam rumah.
            “Arasso, oppa!! Onnie, ayo masuk. Nanti Doo Joon oppa mengamuk padaku. Hehehe.” Ajak Soo Yun. Neulrin mengangguk dan mengikuti Soo Yun.
            “Annyeong, Neulrin. Pagi-pagi sekali kau datang. Kenapa tidak menelponku dulu?” ucap Doo Joon saat Neulrin duduk disampingnya. Doo Joon sedang bermain games sementara itu Soo Yun kembali ke dapur untuk mengecek masakannya.
            “Aku mau memberi kejutan untuk Soo Yun.” Ucap Neulrin dengan senyum terkembang.
            “Mwo? Kejutan untuk Soo Yun? Mana kejutan untukku?” Tanya Doo Joon dengan nada manja. Soo Yun yang dapat mendengarnya dari dapur serasa mau muntah. Oppa nya ini memang benar-benar berubah 1800 kalau sudah bersama Neulrin onnie.
            “Hahahaha. Kejutan untukmu tidak ada, chagiya.” Jawab Neulrin sambil memukul pelan pipi Doo Joon. Doo Joon mengerucutkan bibirnya dan kembali fokus ke game yang sedang dia mainkan sekarang.
            “Aigoo.. Apa kau marah, chagiya?” Tanya Neulrin sambil memukul-mukul pundak Doo Joon. Doo Joon masih diam dan tetap fokus ke permainannya. Soo Yun mengintip sekilas dan tertawa kecil melihat tingkah kakaknya yang sangat kekanak-kanakan. Umurnya saja yang sudah 22 tahun tapi sikapnya seperti umur 2 tahun. Soo Yun hanya bisa menghela napas dan mengelus dada dan keterkejutannya ditambah karena kini saat dia membawa minuman untuk Neulrin , dia melihat  Neulrin mencium pipi oppanya. Soo Yun menggelengkan kepalanya dan matanya kembali membulat saat Doo Joon menunjuk bibirnya. Aigooooo.
            “YAK!! OPPA!! KALAU KAU MELAKUKAN ITU, AKU JAMIN KAU TIDAK BISA KELUAR RUMAH SELAMA SEMINGGU!!!!” teriak Soo Yun yang langsung duduk diantara Doo Joon dan Neulrin.
            “Hey, apa hak mu melarang oppa mu ?” ucap Doo Joon sambil mencubit pipi Soo Yun. Soo Yun hanya menjulurkan lidahnya sedangkan Neulrin hanya tersenyum kecil.
            “Pokoknya kalian aku izinkan berbuat macam-macam dirumah ini kalau kalian sudah menikah. Oh, ya. Benar. Kalian cepat-cepat menikah saja. Itu lebih baik.” Ucap Soo Yun sambil menyilangkan tangannya didadanya.
            “Sebenarnya oppamu sudah melamar onnie. Tapi kami merahasiakannya sampai kau lulus. Onnie datang sekarang untuk memberitahumu karena kau sudah lulus.” Ucap Neulrin malu-malu. Mulut Soo Yun menganga dan memandang Doo Joon dan Neulrin bergantian.
            “Jeongmal? Jeongmal? Jeongmal?” Tanya Soo Yun memastikan. Neulrin dan Doo Joon mengangguk-anggukan kepalanya. Seketika Soo Yun berjingkrak-jingkrak dan mencium pipi Doo Joon dan Neulrin.
            “Omo!! Aku terkejut. Ya, sangat terkejut.” Ucap Soo Yun sambil memegang dagunya.
            “Hyaaaa!!!!!” teriaknya kemudian. Kini Doo Joon yang gantian menggelengkan kepalanya.
            “Hey, diamlah. Kau ini terlalu berlebihan.” Ucap Doo Joon sambil menarik Soo Yun untuk duduk kembali. Soo Yun terkekeh pelan.
            “Jadi, kapan kalian menikah? Omo… Aku tidak sabar. Tak kusangka sebentar lagi aku akan punya keponakan. Aku akan dipanggil Bibi. Omo.. pasti anak oppa cantik seperti aku.” Oceh Soo Yun antusias.
            “Ya!! Anak siapa tapi mirip siapa? Ckckckkckck.Menikah saja belum,kau sudah berpikiran seperti itu.”ucap Doo Joon sambil memukul kepala adiknya.
            “Appo.. Yah, mungkin karena aku terlalu antusias saja oppa. Kekekke. Jadi, kapan kalian menikah? Aku takut aku tidak bisa hadir. Kalian tahu kan?” ucap Soo Yun masih dengan raut wajah bahagia karena memikirkan bahwa sebentar lagi dia akan punya keponakan. Sementara itu Doo Joon dan Neulrin memandang Soo Yun dengan perasaan yang bertolak belakang dengan perasaan Soo Yun saat ini.
            “Ya! Kenapa kalian malah diam? Kapan kalian menikah?” Tanya Soo Yun lagi.
            “Secepatnya. Mungkin bulan depan. Oppamu kan harus dinas keluar kota dulu.” Ucap Neulrin dengan senyum dipaksakan.
            “Hwaaa… Oppa, jangan lama-lama ya dinas luar kotanya.” Rajuk Soo Yun sambil menggelayut manja ditangan Doo Joon.
            “Ne, Ara.” Balas Doo Joon.
            “Oh, ya. Soo Yun, onnie punya hadiah untukmu. Ini kejutan lain yang mau onnie berikan padamu.” Ucap Neulrin sambil memberikan kotak hadiah berwarna pink kepada Soo Yun. Dengan mata berbinar-binar Soo Yun membuka kotak tersebut dan menutup mulutnya dengan tangannya saat melihat bahwa isinya merupakan mantel berwarna merah yang dulu sempat dia minta untuk dibelikan kalau Neulrin sudah kembali dari Amerika.
            “OMONA!! Yeoppuda. Onnie-ya. Gomawo. Jeongmal Gomawo.” Ucap Soo Yun sambil memeluk Neulrin.
            “Cheonmaneyo, Soo Yun-ah.” Ucap Neulrin dan membalas pelukan Soo Yun.
            “Sudah, sudah. Kalian ini terlalu berlebihan.” Ucap Doo Joon sambil kembali memainkan game nya. Soo Yun dan Neulrin melepaskan pelukan mereka dan tertawa kecil.
            “Soo Yun, kau harus memakainya saat kau kencan nanti ya.” Goda Neulrin.
            “Onnie, aku belum punya pacar tahu. Bagaimana aku bisa kencan? Hahha.” Jawab Soo Yun sambil mengamati mantel ditangannya.
            “Bohong. Lalu siapa lelaki yang kutemui beberapa waktu lalu yang menunggumu seharian dirumah sakit kalau bukan pacarmu?” Tanya Neulrin
            “Hahahaha. Dia hanya temanku, onnie.”jawab Soo Yun.
            “Jinnja? Lalu yang mengantarmu pulang dari acara perpisahan siapa? Kalau hanya teman tidak mungkin mau mengantar sampai selarut itu.” timpal Doo Joon.
            “Haish. Kalian ini cerewet. Berhenti menggodaku.” Ucap Soo Yun sambil mengerucutkan bibirnya dan menyilangkan tangan didada.
            “Hahaha. Mukamu memerah. Mengaku saja, Soo Yun-ah.” Ucap Doo Joon.
            “Hah. Geumanhe. Aku mau kedapur saja mengambil buah.” Ucap Soo Yun lalu berdiri dan berjalan ke dapur dengan kotak hadiah ditangannya. Dia letakkan kado tersebut diatas meja makan dan beralih ke lemari es untuk mengambil beberapa apel dan anggur. Saat mengupas apel, dia melirik kearah kado yang tergeletak di atas meja makan.
            Kencan? Dengan Ki Bum?Memikirkan untuk kencan saja aku tidak pernah apalagi kencan dengan Ki Bum? Haha.
            Soo Yun mengintip Neulrin dan Doo Joon yang kini sedang bermain games. Ada perasaan bahagia namun juga menyesakkan melihat mereka berdua kelihatan bahagia.
            Oppa, onnie.. satu bulan bukan waktu yang lama kan? Aku masih punya waktu kan untuk satu bulan lagi? Aku masih bisa melihat pernikahan kalian kan?Tuhan, jebal. Aku mohon,satu bulan lagi.
                                                            ********************
            “Ya! Kau darimana saja? Aku sudah menunggumu satu jam.” Keluh Ki Bum saat Soo Yun menampakkan dirinya di tempat mereka berjanji untuk bertemu.
            “Siapa yang menyuruhmu menungguku? Aku sudah bilang aku harus mengantar oppa ku ke bandara.” Jawab Soo Yun santai.
            “Huh. Kau keterlaluan sekali. Bukannya minta maaf karena membuatku menunggu lama.” Balas Ki Bum.
            “Shireo.”balas Soo Yun sambil menjulurkan lidahnya dan duduk dibangku didekatnya. Ki Bum mengikuti Soo Yun dan duduk disampingnya.
            “Jadi, kita mau kemana?”Tanya Soo Yun.
            “Terserah kau saja.” Jawab Ki Bum sambil menyenderkan kepalanya dibatang pohon yang terdapat dibelakang bangku yang mereka duduki.
            “Kau yang mengajakku keluar, tapi memintaku yang menentukan akan pergi kemana. Ckckckkck. Kau ini merepotkan.” Ucap Soo Yun sambil merapatkan mantelnya.
            “Kau itu yang merepotkan. Jawab saja, beres kan?” timpal Ki Bum.
            “Gurae. Aku jawab. Kita ke taman bermain saja, makan permen kapas, es krim, fotobox , nonton bioskop, dan terakhir kita ke namsan tower.Bagaimana?” ucap Soo Yun.
            “Hmmm.. terdengar seperti kencan.” Jawab Ki Bum sambil mengetukkan jari ke dagunya.
            Pletakk.. Soo Yun memukul kepala Ki Bum
            “Kalau kau berpikiran macam-macam, lebih baik aku pulang sekarang.” Ucap Soo Yun sambil berdiri dan mulai melangkah namun tangan Ki Bum bergerak lebih cepat dan meraih tangan Soo Yun sehingga langkahnya terhenti.
            “Kajima. Arasso. Aku tidak akan berpikir macam-macam. Jadi kita bisa pergi sekarang?”Tanya Ki Bum. Soo Yun membalikkan tubuhnya dan mengangguk.
                                                            ***************************
            “Kyaaa.. Namsan Tower!!!” teriak Soo Yun saat sudah berada di puncak namsan tower. Ki Bum yang mengikutinya dari belakang hanya tersenyum melihat Soo Yun yang berjalan mengitari puncak namsan tower itu.
            “Ki Bum, ayo kita menulis harapan kita dikertas  seperti orang-orang itu.” ucap Soo Yun sambil menunjuk orang-orang disekelilingnya yang menuliskan sesuatu dikertas pink berbentuk hati dan menguncinya dipagar yang mengelilingi puncak namsan tower itu.
            Mereka pun mengambil tempat duduk dan mulai menulis permohonan mereka. Sesekali mereka saling melirik dan saling menutupi kertas masing-masing.
            “Selesai.” Ucap Soo Yun dan Ki Bum bersamaan saat mereka telah selesai menggantung gembok permohonan mereka.
            “Apa permohonanmu Soo Yun?” Tanya Ki Bum tiba-tiba. Soo Yun memutar tubuhnya lalu menyender dipagar tower tersebut.
            “Semoga oppaku bahagia dengan Neulrin onnie dan semoga kau tidak merokok lagi.” Jawab Soo Yun.
            “Permohonan macam apa itu? Kau seharusnya memohon untuk hubungan kita. Kau tahu kan kalau gembok permohonan itu dibuat untuk pasangan? Bagaimana kau bisa membuat permohonan seperti tadi?” ucap Ki Bum.
            “Justru itu. Kita kan bukan pasangan kekasih. Buat apa aku meminta permohonan untuk hubungan kita. Karena Neulrin onnie dan Doo Joon oppa sepasang kekasih, jadi aku menulis permohonan itu.” balas Soo Yun dan mulai beranjak dari tempat itu.
            “Bagaimana kalau aku ingin kita menjadi pasangan kekasih?” ucap Ki Bum sambil meraih tangan Soo Yun sehingga langkahnya terhenti.
            “Tidak bisa. Aku tidak bisa.” Jawab Soo Yun dan berusaha melangkah lagi. Namun, tubuhnya justru berbalik dan matanya bertatapan dengan Ki Bum. Tangan Ki Bum masih mencengkram erat tangan Soo Yun.
            “Waeyo? Kenapa tidak bisa, Soo Yun-ah?” Tanya Ki Bum dan menatap tajam mata Soo Yun.
            “Aku tidak bisa, Ki Bum-ah. Jangan mencintaiku, jebal. Kau hanya akan terluka.” Jawab Soo Yun balas menatap Ki Bum.
            “Apa karena keadaanmu sekarang aku tidak boleh mencintaimu? Apa karena kau menderita kanker hati, aku tidak boleh mengisi hatimu? Apa begitu, Soo Yun-ah?” Tanya Ki Bum bertubi-tubi. Soo Yun diam dan kepalanya tertunduk. Ki Bum mengguncang pelan tubuh Soo Yun dan memaksanya berbicara.
            “Ne. Aku tidak mau kau mencintaiku karena aku sakit. Aku tidak mau kau terluka karena mencintaiku. Kau pasti lebih terluka daripada aku. Kau tahu, usiaku tidak lama lagi. Kau berhak mendapatkan wanita yang lebih sehat daripada aku. Kau berhak bahagia, Ki Bum-ah.” Ucap Soo Yun lirih.
            “Tapi, bagaimana kalau hanya kau yang kucintai? Bagaimana kalau hanya kau yang ada dipikiranku? Kau tahu, kalau aku bisa, aku ingin sekali tidak pernah bertemu denganmu dan merasakan perasaan ini. Berulang kali aku mencoba untuk menghilangkan perasaan ini. Tapi, apa yang terjadi? Aku tidak bisa, Soo Yun-ah. Pada akhirnya aku akan kembali lagi padamu, kembali lagi memikirkanmu, ingin melindungimu, menjagamu, menjadi tempat kau bersandar dan tempatmu selalu ada disini.”ucap Ki Bum sambil meletakkan tangannya didadanya.
            “Aku tetap tidak bisa, Ki Bum-ah. Jangan mencintaiku seperti itu. Jebal.” Ucap Soo Yun. Soo Yun menyentakkan tangannya sehingga tangan Ki Bum tidak mencengkramnya lagi kemudian berlari dari tempat itu.
                                    *********************************
            Sudah lima jam semenjak kejadian di Namsan Tower tadi. Namun, Ki Bum masih tetap berdiri di depan rumah Soo Yun. Dia terus saja memanggil-manggil nama Soo Yun dan memintanya keluar rumah. Volume suara yang sebelumnya kuat, kini perlahan-lahan berubah seperti sebuah bisikan. Badannya merosot dan kini terduduk dengan kepala menunduk. Pikirannya kacau. Seharusnya tadi dia tidak mengatakan hal itu. Dia menyesali kepribadiannya yang mudah memaksa orang lain untuk mengikuti kemauannya. Dia sadar Soo Yun berbeda dengan yeoja-yeoja lain disekitarnya. Bagaimana kalau Soo Yun tidak mau bertemu dengannya lagi?
            Sementara itu, Soo Yun berdiri terdiam disamping jendela kamarnya yang menghadap ke depan rumahnya sehingga dia bisa melihat Ki Bum dengan celah kecil di jendelanya.
            Ki Bum-ah. Jangan mencintaiku seperti ini. Aku tidak bisa melihatmu seperti ini. Aku tidak bisa, Ki Bum-ah..
            Perlahan, bulir-bulir air mata Soo Yun mengalir ke wajahnya saat dia masih bisa mendengar suara lirih Ki Bum yang memanggilnya.
Fly away Fly away LOVE
Fly away Fly away LOVE
Fly away Fly away LOVE

            Soo Yun tersentak karena  suara dering ponsel nya. Dengan  cepat dia berjalan ke ranjangnya dan mengubrak-abrik isi tasnya. Saat masih mencari ponsel yg terselip di tasnya,selembar kertas terjatuh dari tasnya. Soo Yun mengambilnya dan ternyata itu selembar foto yang tadi siang dia dan Ki Bum ambil saat di taman bermain. Soo Yun menatap dan mengelus pelan wajah Ki Bum yang tersenyum. Senyum yang membuatnya selalu berdebar saat melihatnya sekaligus sesak saat pikiran logisnya mengingatkannya bahwa cepat atau lambat dia akan kehilangan senyum itu.
            Soo Yun memukul kepalanya saat dia sadar bahwa ponsel nya masih saja berdering. Soo Yun meletakkan foto tadi diatas meja dan segera mencari kembali HP nya.
            “Yeoboseyo?” ucap Soo Yun
            “Oh, oppa? Waeyo? Oh, aku baik-baik saja. Sudah minum obat. Ne, oppa. Arasso. Annyeong oppa.” Ucap Soo Yun lalu menutup ponselnya. Saat Soo Yun meletakkan ponselnya di meja matanya tertuju pada kotak kecil yang terletak disamping lampu meja. Soo Yun meraih kotak kecil itu dan membukanya. Kalung liontin didalamnya membuatnya tersentak. Soo Yun teringat tentang kenangannya dulu dengan seseorang yang memberikan kalung itu. Soo Yun membuka liontin tersebut perlahan hingga muncullah wajah bocah laki-laki dengan senyum khasnya itu.
Flashback
            “Yaa, apa kau benar-benar harus ke Amerika?” Tanya Soo Yun kecil pada bocah laki-laki didepannya yang sedang memainkan kakinya. Tangan kanannya tersembunyi di belakang punggungnya. Perlahan dia mengangkat kepalanya dan tersenyum kepada Soo Yun.
            “Ne. Waeyo? Kau mau ikut denganku?” Tanya bocah itu. Masih dengan senyum yang terkembang diwajahnya.
“Mollayo.” Jawab Soo Yun sambil menundukkan kepalanya dan memainkan jarinya. Bocah kecil itu meraih tangan Soo Yun dan meletakkan benda kecil berantai diatas tangan Soo Yun. Soo Yun mendongakkan kepalanya dan menatap penuh tanya kepada bocah didepannya.
“Simpanlah. Anggap aku ada disitu. Ahjusshi yang mengadopsiku memberikannya padaku dan berkata bahwa aku bisa memberikan benda itu pada orang yang aku harapkan bisa terus mengingatku sebagai teman baik disini. Jaga baik-baik ya, Soo Yun. Jangan sedih kalau aku harus ke Amerika. Kau pasti akan segera mendapatkan keluarga sepertiku.” Ucap bocah kecil itu semangat.
            “Kita masih bisa bertemu lagi kan? Kau janji akan datang lagi ke Korea?” tanya Soo Yun dengan suara yang hampir serak karena menahan air matanya yang mulai menggenang.
            “Oh, aniyo. Aku tidak seharusnya begini kan. Kau pasti datang lagi ke Korea dan kita bisa bermain seperti dulu.” Ucap Soo Yun kecil lagi sambil mengusap matanya.
            “Ne, mungkin setiap musim dingin atau liburan aku bisa mengunjungimu disini.” Jawab bocah laki-laki itu.
            “Yaksok?” tanya Soo Yun mengacungkan jari kelingkingnya dengan raut muka menggemaskan. Perlahan tangan bocah laki-laki itu menautkan jarinya dan tersenyum.
Flashback end
            Bocah laki-laki itu. Air mata Soo Yun kembali mengalir. Sesak. Rasanya sesak.
            “Yak! Kau bohong. Kau ingkar janji. Kau bilang akan datang setiap musim dingin atau liburan. Tapi kenapa kau baru datang sekarang?” ucap Soo Yun mulai emosi. Air matanya mengalir semakin deras.
            “Yaaaaa!!! Kenapa kau harus datang disaat keadaanku begini? Kau membuatku gila. Kenapa kau harus membuatku mengucapkan selamat tinggal saat pertama kali bertemu? Nappeun namja.”
            “Tunggu aku ya. Ingat, jangan bosan menungguku. Aku pasti kesini lagi kok.”
            “Soo Yun, kau harus memakai mantel ini saat kau kencan ya.”
            “….Lalu siapa lelaki yang kutemui beberapa waktu lalu yang menunggumu seharian dirumah sakit kalau bukan pacarmu?
“Jinnja? Lalu yang mengantarmu pulang dari acara perpisahan siapa? Kalau hanya teman tidak mungkin mau mengantar sampai selarut itu.”

“… Aku rasa kalian ada perasaan yang lebih satu sama lain.”
“… Pada akhirnya aku akan kembali lagi padamu, kembali lagi memikirkanmu, ingin melindungimu, menjagamu, menjadi tempat kau bersandar dan tempatmu  selalu ada disini.”

Kembali lagi?? Pikir Soo Yun. Soo Yun berdiri dan matanya membulat. Tangannya masih menggenggam erat kalung liontin itu. Perlahan kaki nya berjalan karah pintu kamarnya, membukanya dan berlari secepat mungkin ke depan rumahnya. Sesampainya di depan rumahnya, Soo Yun  terdiam mematung. Mana suara itu? Mana suara itu? Dimana dia?????Soo Yun mencari-cari Ki Bum yang ternyata sudah pergi dari rumahnya. Soo Yun menyusuri kompleks rumahnya namun nihil. Soo Yun terus berlari menyusuri jalan yang dia lalui saat pulang bersama Ki Bum hingga langkahnya terhenti di taman didekat kompleksnya. Soo Yun terpaku pada pemandangan didepannya. Dilihatnya Ki Bum sedang melipat-lipat origami sementara disampingnya terdapat beberapa crane yang sudah jadi. Darimana kertas-kertas itu semua? Apa dia memang sudah menyimpan banyak kertas di tasnya itu? Soo Yun menutup mulutnya dengan tangannya melihat Ki Bum yang dengan pandangan kosong namun entah kenapa menyiratkan semangat menggebu. Air matanya mengalir deras walau tanpa suara. Perlahan dia mendekat.
“Ki Bum-ssi.” ucap Soo Yun lemah. Ki Bum  menoleh dan matanya membulat saat dia melihat Soo Yun terjatuh ke tanah.
“SOO YUN!!!” Ki bum memasukkan secara kasar benda-benda yang dia buat tadi. Dengan cepat dia menghampiri tubuh Soo Yun yang tergeletak ditanah. Dia mengangkat tubuh Soo Yun dan segera berlari menuju rumah Soo Yun.
                                    ***********************************
“Noona, bagamana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?” tanya Ki Bum kepada Neulrin yang baru saja memeriksa Soo Yun. Neulrin menatap Ki Bum sekilas dan tersenyum lalu membereskan alat-alatnya.
“Kau tidak usah khawatir, Ki Bum-ssi. Soo Yun hanya kecapekan. Tolong jaga dia selma Doo Joon pergi ya. Noona mungkin tidak bisa setiap hari mengunjunginya.” Ucap Neulrin sambil berjalan kearah pintu.
“Baiklah.” Jawab Ki Bum mengekor di belakang Neulrin.
“Satu lagi, usahakan agar dia tidak stress atau terlalu banyak pikiran ya. Aku khawatir itu akan mempengaruhi kondisi tubuhnya.” ucap Neulrin lagi saat mereka sudah di pintu gerbang.
“Ne, aku akan mengingatnya. Tapi, Noona, apa dia akan benar baik-baik saja? Dia akan bertahan kan?” tanya Ki Bum. Neulrin menghela napas dan menatap Ki Bum.
“Setidaknya untuk satu bulan kedepan. Untuk bulan-bulan selanjutnya hanya Tuhan yang tahu.” Jawab Neulrin.
“Aku pergi dulu. Masih banyak pasien di rumah sakit . Kau juga harus jaga kesehatan. Annyeong.” Ucap Neulrin dan memasuki mobilnya. Sementara itu Ki Bum masih tetap berdiri terdiam.
1 bulan? Omong kosong!
                                    *******************************
Soo Yun membuka matanya perlahan. Dia merasa mendengar sesuatu. Dia menoleh kearah suara itu dan dilihatnya Ki Bum kembali melipat-lipat origami dengan raut wajah serius. Disampingnya berserakan cranes yang sudah jadi. Soo Yun tersenyum kecil.
“Kau membuat kamarku berantakan, Ki Bum-ssi.” ucap Soo Yun. Ki Bum menoleh dan terkejut melihat Soo Yun yang sudah sadar. Dengan cepat dia menghampiri Soo Yun dan duduk dikursi didekat ranjang Soo Yun.
“Kau sudah sadar? Apa kau merasa pusing? Kau mau minum?” tanya Ki Bum sambil menyodorkan segelas air putih yang ada di meja kepada Soo Yun. Soo Yun meneguknya sekali dan meletakkannya kembali di atas meja.
“Ki Bum, kau yang membuat cranes sebanyak itu?” tanya Soo Yun. Ki Bum menangguk.
“Semalaman.” Jawab Ki Bum singkat.
“Untuk apa semalaman kau  membuat sebanyak itu? Buang- buang waktu saja. Kau seharusnya istirahat.”
“Aku tidak mau membuang-buang waktuku untuk istirahat sementara mungkin aku bisa mnciptakan suatu keajaiban saat aku membuat cranes itu.” jawab Ki Bum.
“Memangnya keajaiban apa yang bisa kau buat dengan membuat cranes sebanyak itu?” tanya Soo Yun sambil menegakkan tubuhnya.
“Mungkin aku bisa membuat kau  hidup seribu tahun lagi. “ jawab Ki Bum singkat.
“Hahaha. Kau pasti bercanda. Mana bisa cranes itu membuatku hidup seribu tahun lagi. Lagipula darimana kau tahu hal itu?” tanya Soo Yun sambil tertawa.
“Kau sendiri yang bilang kalau membuat ribuan cranes, maka keajaiban akan datang.” Ucap Ki Bum lagi.
“Hahaha, aku? Kapan aku bicara seperti itu padamu? Aku tidak ingat.” Ucap Soo Yun sambil mengetukkan jari  di dagunya.
“Akh..Itu.. itu.. Aku tidak sengaja menguping pembicaraanmu dengan anak-anak TK  waktu itu.” jawab Ki Bum kikuk. Dia berdiri dan kembali menghampiri meja tempat cranes yang dia buat tadi. Soo Yun mengganti posisinya hingga kini dia duduk di pinggir ranjangnya. Dia tersenyum menatap Ki Bum yang melipat-lipat kertas  ditangannya.
“Jadi kau menguping? Tidak sopan.” Ucap Soo Yun membuka suara.
“Terserah kau mau bilang apa.” Jawab Ki Bum cuek.
“Ki Bum-ssi..” panggil Soo Yun.
“Hmmm.” Jawab Ki Bum.
“Kemarilah.” Ucap Soo Yun.
“Nde?? Kau bilang apa?” ucap Ki Bum sambil menatap Soo Yun.
“Kemarilah. Duduk didepanku.” Ucap Soo Yun sambil menunjuk kursi didepannya. Perlahan Ki Bum menghampirinya dan duduk didepan Soo Yun. Untuk beberapa saat mereka hanya saling berpandangan dalam diam.
“Tersenyumlah.” Ucap Soo Yun membuka suara.
“Mwo?” ucap Ki Bum terkejut.
“Cepat senyum.” Ulang Soo Yun. Ki Bum menggaruk kepalanya, heran dengan sikap Soo Yun namun kemudian dia menyunggingkan senyumnya. Soo Yun juga ikut tersenyum. Perlahan tangannya menggapai wajah Ki Bum. Ki Bum tersentak kaget, namun hanya bisa terdiam dengan sikap Soo Yun yang tiba-tiba ini.
“Kau jahat. Kenapa kau bisa punya senyum semanis ini.” ucap Soo Yun tiba-tiba.
“Mwo?” ucap Ki Bum kaget.
“Iya, kau jahat .” ucap Soo Yun tanpa melepas tangannya di wajah Ki Bum.
“Kenapa aku bisa jahat? Kau aneh. Benar-benar gadis aneh.” Ucap Ki Bum menurunkan tangan Soo Yun.
“Kau jahat karena kau terlihat tampan kalau tersenyum. Kau jahat karena senyummu tetap seperti dulu dan kau jahat karena membuatku  melihat senyummu itu dan membuatku takut apabila aku tidak bisa melihat senyummu lagi. Kau tahu.. kau…” ucapannya terhenti karena kini Ki Bum telah mendaratkan sebuah ciuman lembut dibibirnya. Tak lama kemudian, Ki Bum mengakhiri ciuman itu dan memegang wajah Soo Yun.
“Aku tidak akan berbuat jahat lagi padamu. Tenang saja, kau masih bisa melihat senyumku seribu tahun lagi . Saranghae, Soo Yun-ah.” Ucap Ki Bum sambil kembali menyunggingkan senyumnya. Soo Yun menatap Ki Bum dengan mata yang mulai membasah. Entah kenapa hatinya lega. Sungguh lega melihat senyum Ki Bum yang  entah kenapa membuatnya bisa memiliki harapan dan kekuatan untuk tetap bertahan. Paling tidak dia bertahan untuk orang yang dia sayangi, Doo Joon, Ki Bum dan Neulrin. Ya. Masih ada waktu. Tidak, dia harus punya waktu untuk bertahan demi mereka. Perlahan, Soo Yoon merengkuh tubuh Ki Bum dan menangis di pundaknya.
“Gomawo. Jeongmal gomawo.”ucap Soo Yun terisak.
“Untuk apa ?” Tanya Ki Bum keheranan.
“Karena kau sudah kembali.” Jawab Soo Yun lirih dan mempererat pelukannya.
            Saranghae,saranghae,saranghae,saranghae saranghae, Ki Bum-ssi”
                                   
**************************
            “Onnie!! Chukhae!!!!Kau sangat cantik. OMO!! Aku iri padamu. Aku juga ingin menikah.” Ucap Soo Yun ceria di ruang pengantin. Wajahnya yang pucat mampu disembunyikan dengan baik oleh Soo Yun. Sementara itu Neulrin tersenyum kecil melihat tingkah Soo Yun.
            “Kalau begitu, menikahlah dengan Ki Bum.Hahaha.” goda Neulrin. Pipi Soo Yun bersemu merah. Tangannya yang tadi memegang tangan Neulrin terlepas. Soo Yun menundukkan kepalanya. Meremas-remas tangannya. Perasaan aneh itu datang lagi. Rasa dimana dia merasa melayang namun tiba-tiba jatuh karena ternyataenyataan  lebih berkuasa dibandingkan dunia mimpinya. Ya, kenyataan memang sudah memenangkan duel hidup matinya ini dan dia sadar hanya tinggal menunggu waktu saja.
            Uljima, uljima, uljima Soo Yun. Tersenyumlah untuk onnie dan oppa. Batin Soo Yun. Perlahan dia mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar.
            “Tentu saja onnie, aku akan menikah dengannya.” Ucap Soo Yun sambil memegang buket bunga disamping Neulrin dan meletakkannya di tangan Neulrin.
            “Ayo, onnie, kita keluar. Acara sudah mau dimulai.”
                                    *******************************************
            Satu per satu bunga-bunga itu jatuh bertebaran di lantai putih ini.Menjadi saksi disetiap langkah kaki pengantin wanita dan wali nya menuju altar kebahagiaan. Menjadi saksi terkembangnya senyum di wajah setiap orang yang hadir untuk memberkati mereka. Menjadi saksi langkah terakhir pasangan itu menuju kehidupan cinta sebenarnya. Pernikahan.
            Soo Yun menatap penuh haru saat Neulrin mulai melangkahkan kakinya. Matanya tak henti-henti mengagumi wajah bahagia nan cantik Neulrin yang kini sudah disamping Doo Joon. Matanya memanas melihat pemandangan didepannya. Hatinya serasa ingin meledak. Tak pernah dia sangka dia akan bisa bertahan sampai sekarang. Tak pernah dia sangka dia akan bisa menyaksikan pernikahan orang yang sangat dia sayangi itu. Karena terlalu bahagia, air matanya mengalir deras mendengar oppa dan onnie tersayangnya mengucap janji dan saling menautkan cincin ke jari manis mereka. Tangannya menegang, dingin namun tiba-tiba menjadi hangat kembali saat sepasang tangan laki-laki disampingnya menggenggamnya erat. Soo Yun menoleh dan mendapati senyuman itu lagi. Hatinya benar-benar mencelos.
 “Ya Tuhan, benarkah sebentar lagi aku tidak akan melihat senyum itu?”
Soo Yun kembali menatap Doo Joon dan Neulrin yang kini tengah berciuman mesra. Tepuk tangan dan suara tawa renyah bergema dan Soo Yun pun tersenyum kecil dan membatin dalam hati.
            “Apa aku boleh egois sekali lagi? Tuhan, apa boleh? Ini belum cukup untukku. Aku masih harus melihat keponakanku kan? Iya kan?”
                                                ***********************
Backsound : Wedding Bell (Depapepe)
            “Ya, kenapa kita masih disini? Aku mau bertemu oppa dan onnie ku.” Ucap Soo Yun. Ki Bum hanya terdiam memandang altar didepannya.
            “Aku sudah minta izin pada oppa mu untuk tinggal disini lebih lama.” Jawab Ki Bum tanpa mengalihkan pandangannya dari altar.
            “Tapi untuk apa? Seharusnya kan kita berpesta bersama mereka. Dan lagu apa ini? bukankah ini Wedding Bell?” tanya Soo Yun bertubi-tubi.
            “Untuk menikahimu.” Ucap Ki Bum spontan dan menatap wajah Soo Yun yang terkejut. Ki Bum merengkuh wajah Soo Yun dan tersenyum.
            “Kau mau menikah denganku? Menikah dengan upacara sederhana ini? Menikah dengan backsound ini?” tanya Ki Bum serius. Mata Soo Yun membulat. Tangannya gemetar. Apalagi ini? pikirnya.
            “Tapi, tidak ada saksi dan pendeta, bagaimana kita bisa melakukan pernikahan?” tanya Soo Yun masih dengan perasaan yang campur aduk.
            “Apa saksi dan pendeta begitu penting? Pernikahan ini hanya untukku dan kau. Kita lah saksi sekaligus pendetanya. Aku tidak akan membuang waktuku secara percuma hanya untuk mengumpulkan saksi dan pendeta. Kau juga mendapat bucket yang dilempar oleh Neulrin noona kan? Orang berkata, bila pasangan yang mendapat bucket bunga di pernikahan seseorang, maka dalam jangka waktu enam bulan yang akan datang, mereka harus menikah. Jika tidak, maka mereka harus menunggu enam tahun lagi untuk menikah. Aku tidak mau menunggu selama itu. Aku tidak mau menunggu lagi karena aku takut pernikahan ini tidak akan pernah terlaksana. Jadi, kita menikah sekarang?
            Tubuh Soo Yun menegang. Matanya panas dengan genangan air mata di pelupuk matanya. Tangannya menggenggam erat tangan laki-laki disampingnya. Soo Yun mengusahakan untuk tersenyum dan menaburkan cranes di toples yang dipegang oleh tangan kanan Ki Bum. Air matanya pun jatuh saat mereka telah berada didepan altar. Ki Bum menarik tubuh Soo Yun menghadap kearahnya lalu dengan anggukan kecil mereka membalikkan tubuh mereka sehingga membelakangi altar. Tangan mereka perlahan naik dan berhenti di dekat telinga mereka. Perlahan namun pasti, mereka mengucapkan janji pernikahan mereka. Setting altar di luar ruangan itu kini benar-benar menjadi saksi pernikahan mereka. Angin berhembus pelan. Tetap beradu diantara tubuhnya dan Ki Bum saat mereka menautkan bibir mereka. Dan pada detik pertama mereka mengakhiri ciuman itu. Soo Yun tersenyum. Mengusahakan sekuat tenaganya menahan sakit di ulu hatinya. Bertahan menikmati senyum damai Ki Bum kenyataan kini sudah benar-benar datang padanya. Inilah senyum terakhir dan ucapan selamat tinggalnya.
            “Saranghamnida, saranghamnida, saranghamnida, saranghamnida, saranghamnida, Ki Bum-ah.”
Even that time when the wind stays
It’s not enough for me.
I smile one more time and give my final greeting
I love you.
I am tired now and love hurts but
Even if that time is just a memory
I have to give my final greeting.
I love you, I love you.

                                                *******************************
“Kita masih bisa bertemu lagi kan? Kau janji akan datang lagi ke Korea?.......
…“Ne, mungkin setiap musim dingin atau liburan aku bisa mengunjungimu disini.”
…“Yaksok?”
“Hhahaha, omma, appa. Aku bahagia.”
“OMMA!!! APPA!!! ANDWEEEE!!!”
“Bawa dia pergi, dan jangan kembali untuk jangka waktu dekat. Traumanya masih cukup berbahaya jika dia terus berada disini.Pergilah keluar negeri.”
         Ki Bum terduduk dan menatap pusara didepannya. Matanya tak henti menyiratkan perasaan sedih, marah , menyesal dan merasa bersalah. Di usapnya papan putih bertuliskan nama Shin Soo Yun itu dengan lembut. Matanya semakin terasa panas, tubuhnya berguncang hebat, dan tanpa bisa membendungnya lagi, air matanya mengalir deras mewakili perasaannya sekarang. Tangannya merogoh saku celananya dan sebuah kalung liontin menggantung ditangan Ki Bum.
            “Soo Yun-ah… Kenapa kau tidak memberitahuku yang sebenarnya? Kenapa kau merahasiakan hal ini? Kau tahu betapa bersalahmya diriku karena tidak bisa menjelaskan semua ini padamu? Betapa aku merasa bersalah karena harus membuatmu menunggu selama ini. Dan kau tahu bagaimana perasaanku sekarang saat mengetahui bahwa tidak ada yang bisa kujelaskan lagi? Bagaimana kau bisa sebegitu kejam membiarkanmu melewati hal ini sendirian? Menungguku sendirian? Melawan penyakit ini sendirian? Mengucapkan selamat tinggal disaat pertama kali kita bertemu? Bagaimana kau bisa melakukan ini semua? Soo Yun-ah..bagaimana kau bisa melakukan ini semua??”Ucap Ki Bum lirih.
Fly away Fly away LOVE
Fly away Fly away LOVE
Fly away Fly away LOVE
In the afterlife I will greet my love again

     
20 tahun kemudian…

           “Ahjusshi!!!” panggil seorang anak laki-laki kecil menghampiri seorang laki-laki berusia 30 tahun yang sudah dia anggap sebagai ahjusshinya.
           “Oh, Doo Hyun.” Jawab laki-laki itu sambil memeluk bocah bernama Doo Hyun yang sudah dia anggap keponakannya itu.
         “ Ki Bum Ahjusshi, appa bilang hari ini kau akan ke makam ahjumma. Aku tidak sabar melihat kau meletakkan hiasan cranes di pohon didekat makam ahjummaku.” Ucap Doo Hyun dengan logat anak kecil yang menggemaskan. Sementara itu, Ki Bum bisa melihat dengan jelas Neulrin noona dan Doo Joon hyung melambaikan tangannya dan mengisyaratkan untuk menjaga Doo Hyun.  Ki Bum mengangguk dan mengajak Doo Hyun ke makam Soo Yun.
        “Soo Yun ahjummaaa. Aku datang lagi dengan Ki Bum ahjusshi. Huwaa. Aku akan memasangkan hiasan cranes di pohon mu ini lagi. Cranes yang dulu sudah rusak. Kau baik-baik disana kan, ahjumma? Mianhaeyo ya, hyung dan noona ku sedang ada study tour, jadi tidak bisa menjenguk ahjumma. Tidak apa-apa kan ahjumma?” ucap Doo Hyun tak hentinya. Ki Bum tersenyum kecil dan mengusap rambut Doo Hyun.
        “Doo Hyun, ayo kita pasang cranesnya.” Ajak Ki Bum. Dengan senyum cerahnya, Doo Hyun membantu Ki Bum menggantungkan cranes demi cranes di pohon didekat pusara Soo Yun.
      “Soo Yun-ah. Kau baik-baik disana? Hey, kau seharusnya melihat perkembangan ketiga keponakanmu yang lucu-lucu ini. Kau tahu, dia sama sepertimu, suka cranes. Bicara tentang cranes, kau suka dengan ini? Pohon ini sengaja aku tanam disini dan aku gantungi cranes karena aku masih mau mewujudkan keajaiban yang kukatakan waktu dulu. Bersama cranes ini, aku titipkan senyumanku yang semoga bisa selalu kau lihat hingga ribuan tahun nanti. Senyumku ini sampai kepadamu disana kan? Semoga kau bahagia, Soo Yun-ah. Saranghae yongwonhi.”
                                                            END