Jreng
jreng jreng.. annyeong semua!!!!! Aku buat ff lgi nih disela-sela hari libur
dan ulangan semester. Aku buat ff ini sambil belajar loh. # gak ada yang nanya.
FF
ini aku buat sesuai permintaan chinguku yang imut n tembem yang sangat-sangat
freak dengan DBSK*gw juga* dan suka sama Jung Yunho sang leader*bias gw jaman
SMP nih* Hohoohoooo..
Yaudah
deh, daripada banyak cingcong. Buat GISTA-CHAN, ni FF buat lo!! RCL WAJIBBB!!!
XP
Buat
yang kena tag juga wajib kalau ga…..#udah siapin golok nih
Hehehe, becanda. J
So,
Enjoy..
****************************
Title : Unspoken
Word
Cast : Jung Yun Ho
Lee
Jin Sun a.k.a Magista Vivi Anisa
Length : One shoot
Genre : Romantic
Disclaimer : This is real story
that I heard from one of radio station but I just take the
main idea and do not take
the story at all. The casts belong to
themselves.
Point of view : Jung Yun Ho (All)
*****************
Jika kau
mencintai seseorang, katakanlah. Walaupun dengan dua kemungkinan, perasaanmu di
terima atau perasaanmu di tolak. Itu lebih baik daripada memendam perasaan dengan satu kemungkinan, kau
tidak akan pernah mengetahui perasaan sebenarnya dari orang yang kau cintai itu
*****************
Plok..plok…plok..
Suara tepuk tangan menggema di aula
sekolahku saat ini. Bukan karena ada pejabat yang memberi sambutan ataupun ada
pentas seni yang menghadirkan artis-artis terkenal. Tepuk tangan itu untuk
salah satu siswi yang telah mengharumkan nama sekolahku. Sejak kelas 1 SMA, dia
sudah memenangkan berbagai macam perlombaan baik tingkat kota, provinsi, nasional bahkan
internasional. Kemarin dia kembali memenangkan olimpiade sains tingkat
internasional.
Hari ini
merupakan awal tahun ajaran baru sehingga kepala sekolahku mengumumkan prestasi
ini di depan seluruh murid baru. Pengumuman prestasi sekolah merupakan
kewajiban di sekolahku di setiap upacara penyambutan murid baru. Kulihat mata
murid-murid baru itu berbinar-binar menyiratkan kekaguman pada gadis itu.
Sebenarnya bukan hanya mereka saja yang mengagumi gadis itu. Aku juga pun
mengagumi gadis itu atau mungkin lebih dari sekedar mengagumi. I admire her
similar to love her. Yeah..aku mengagumi, menyukai bahkan mencintai gadis itu.
Gadis bernama Lee Jin Sun.
*****************
“Ya, Yunho.
Selesaikan soal matematika ini.” Ucap songsaenim padaku. Aku tersentak kaget
dan segera berdiri. Aku berjalan menuju papan tulis. Kuperhatikan soal
matematika itu sejenak. Glekk. Aku menelan ludahku karena aku agak bingung
dengan soal ini. Yah, sudah konsekuensinya sih karena sedari tadi aku lebih
tertarik memandangi wajah Jin Sun saat menulis penjelasan songsaenim daripada
memandangi wajah songsaenim saat menjelaskan pelajaran. Dengan ragu-ragu aku
mengambil spidol dari tangan songsaenim dan mulai mengerjakan soal itu. Aku
mencoba sebisaku dan akhirnya aku mendapat jawaban dari soal itu. Aku memandang
kearah songsaenim.
“Sudah
selesai songsaenim.” Ucapku dengan perasaan cemas apakah jawabanku benar.
“Ne, saya
tahu. Kalau begitu, saya ingin kalian mengoreksi jawaban Yunho apakah sudah
benar atau salah.” Ucapnya kepada teman-teman sekelas. Aku mengalihkan
pandanganku ke seisi kelas. Kulihat satu orang dari mereka mengangkat
tangannya. Dan dia adalah Jin Sun. Aku benar-benar gugup saat ini Dalam hati
aku terus berdoa agar jawabanku tidak salah sehingga aku tidak terlalu terlihat
bodoh di hadapanya.
“Hmm.. saya
rasa jawaban Yunho sudah benar, tapi, cara penyelesaiannya terlalu panjang
padahal tadi songsaenim sudah memberi cara pendeknya.” Ucapnya.
“Khamsamnida
Jin Sun. Yunho, kenapa kamu tidak memakai cara yang saya jelaskan tadi dan
malah memakai cara berbelit-belit seperti ini? Atau jangan-jangan kau tidak
memperhatikan penjelasan saya?” Tanya songsaenim padaku.
“Emm..
Bukan begitu songsaenim. Saya memakai cara
ini karena saya merasa lebih nyaman daripada dengan cara yang cepat. Saya
lebih mementingkan konsep dan dengan konsep itu saya mengerjakan soal ini” Kilahku.
Hahha.. bisa-bisanya aku membuat alasan seperti itu. Padahal aku sama sekali
tidak menyangka aku dapat menjawab soal itu. Terima kasih Tuhan kau sudah
memberi mukjizat padaku untuk mengerjakan soal ini.
“Oh,
baguslah kalau begitu. Kau boleh duduk Yunho.” Ucap songsaenim.
Ring Ding
Dong
Bel sekolah berbunyi tepat disaat aku kembali
duduk.
“ Karena
bel sudah berbunyi. Kalian kerjakan soal-soal yang lain dirumah dan tolong
dikumpulkan lusa. Selamat siang.” Ucap songsaenim sambil berjalan keluar kelas.
“Ne..
songsaenim.” Jawab seluruh kelas. Fiuh.. akhirnya selesai juga pelajaran ini. Aku
membereskan buku di mejaku.
“Yunho, ayo
kekantin.” Seseorang menepuk pundakku. Aku menoleh dan kudapati Yoochun berdiri
di belakangku.
“Ne. kajja.”
Aku berdiri dan menyampirkan lenganku di bahunya. Setelah sampai di kantin kami pun memesan
makanan. Kami mencari tempat duduk sambil menunggu makanan yang kami pesan. Kami
duduk tidak jauh dari tempat kami memesan makanan.
“Yoochun..”
panggil seorang gadis. Dan kau tahu itu siapa? Jinsun. Aigoo.. dia mulai
berjalan menghampiri kami.
“Ne, waeyo
Jinsun?”jawab Yoochun.
“Aku mau
menyerahkan partitur lagu untuk lomba nanti. Oh ya, kita kekurangan satu orang
lagi untuk menyanyikan lagu kita. Ottokhae?” ucapnya sambil menyerahkan kertas
yang sedari tadi dia bawa.
“Oh, Ne.
Hmm.. apa di sekolah ini tidak ada yang bisa menyanyi dengan baik?” tanya
Yoochun
“ Anio,
bukannya tidak ada. Aku sudah mencoba mencari, tapi aku tidak cocok dengan
suara mereka. Kau ada teman yang mungkin bisa cocok dengan lagu kita?” Tanya
Jinsun lagi.
“ Hmm..
lagu yang akan kita bawakan ini berbahasa Jepang tapi yang menyanyi orang Korea.
Jadi paling tidak penyanyinya harus orang Korea yang bisa bahasa Jepang.
Hmmm..” Jinsun hanya mengangguk dan Yoochun berfikir keras. Aku memperhatikan
wajah mereka yang kebingungan. Lucu juga melihat teman terbaikku dan orang yang
kusukai terlihat kebingungan seperti ini. Mereka memang akan ikut lomba di
festival musik di kota
kami. Yoochun sebagai pianist dan Jin Sun memainkan violin. Tiba-tiba Yoochun
memandangku dan tersenyum. Heh? Kenapa dengan dia?
“Yak! Aku
tahu siapa orangnya.” Ucapnya dengan mata berbinar-binar.
“Jinjja? Siapa?”
Tanya Jin Sun dengan muka ingin tahu.
“Hmm.. Aku
rasa Yunho bisa menyanyikan lagu ini. Dari kecil dia sudah belajar bahasa
Jepang karena neneknya dulu pernah tinggal di Jepang dan aku tahu Yunho bisa
menyanyi dengan baik. Kau bisa mengetesnya.”
MWO???
AKU??? / Aku benar-benar terkejut dengan ucapan Yoochun. Aku memang bisa
berbahasa Jepang. Aku juga bisa menyanyi, tapi, kalau harus menyanyi dihadapan
Jin Sun?? OMO!!!
“ Benarkah
itu Yunho??” Tanya Jinsun kepadaku.
“Emm.. Ne.
Tapi, aku tidak tahu apa suaraku cocok untuk lagu itu.” ucapku.
“Hmm... baiklah.
Yoochun, atur waktu kita untuk latihan dan mendengar suara Yunho. Aku tidak
bisa menentukannya sekarang karena aku harus keperpustakaan sekarang. Aku
tunggu kabarnya malam ini ya. Gomawo.” Dia
menundukkan kepalanya sejenak kemudian meninggalkan kami.
“ Ya!
Yoochun. Kenapa kau memilih aku?” tanyaku
“Hmm. Kan
sudah aku bilang alasannya tadi.” Ucapnya cuek sambil memulai memakan pesanan
kami.
“ Ya, tapi…”
ucapanku terputus karena Yoochun kembali berbicara.
“ Selain
alasan tadi, aku juga ingin memberi kesempatan padamu agar bisa dekat
dengannya.”
“MWO?? Tapi,
Yoochun.. aku tidak..” ucapanku kembali terputus.
“Kau mau
bilang bahwa kau tidak punya keberanian? Yunho, mau sampai kapan kau begini. Mau
sampai kapan kau terus menggumi tanpa memberi tahunya? Mau sampai kapan kau
tidak memiliki keberanian bahkan hanya untuk bisa dekat dengannya?”
“ Tapi, aku
memang tidak punya keberanian itu Yoochun. Dia itu sempurna, sedangkan aku?? Aku
hanya namja biasa saja. Sudah cukup bagiku hanya dengan mengaguminya. Aku…”
lagi-lagi ucapanku terputus.
“ Cukup
Yunho. Aku tidak mau mendengar alasanmu. Dengarkan aku. Kau ini sudah 2 tahun
menyimpan perasaanmu itu padanya. Apa kau benar-benar tidak mau mengutarakan
perasaanmu itu dan hanya akan terus menyimpannya kemudian hanya memandanginya
di kelas seperti yang kau lakukan saat pelajaran matematika tadi? Oh, Man!! Aku
sudah membuka jalan untukmu dan kau masih mau menyia-nyiakannya juga? Ingat
Yunho, ini tahun terakhir kita sebagai siswa SMA. Buatlah sesuatu yang bisa kau
kenang dan ceritakan disaat kita sudah tua nanti. Jangan sampai kau menyesal
tidak sempat membuat kenangan yang sebenarnya bisa kau buat hanya karena kau
terlalu takut.” Aku terhenyak dengan ucapannya.
Tiba-tiba Yoochun berhenti bicara dan mengambil kertas pena dikantongnya
kemudian menuliskan sesuatu.
“ Ini nomor
handphone nya. Hubungi dia malam ini dan tentukan hari latihan.” Ucapnya sambil
menyerahkan kertas tadi kepadaku.
“Tapi,
Yoochun, kan
dia minta kau yang menghubunginya.” Ucapku
“Ya, bilang
saja pulsaku habis atau alasan lain. Yang penting, harus kau yang
menghubunginya.” Ucapnya
“Ne baiklah.”
Ucapku pasrah dan kulihat senyuman puas di wajahnya.
**************************
Aku
menggeliat dan membuka mataku. Kulihat jam dikamarku menunjukkan pukul 7 malam.
Hufh..ternyata aku tertidur saat aku
mengerjakan tugas matematikaku. Aku pun membereskan meja belajarku sekalian
membereskan buku-buku untuk pelajaranku besok. Saat aku memasukkan buku-buku di
tas sekolahku, ada sesuatu yang jatuh dari kantong seragamku. Yah, aku memang
belum ganti baju dan langsung mengerjakan tugas matematikaku sore tadi. Aku
mengambil kertas itu dan ternyata nomor handphone Jin Sun. Aku terdiam sejenak.
Aku kembali teringat ucapan Yoochun siang tadi.
“ Ini
nomor handphone nya. Hubungi dia malam ini dan tentukan hari latihan.”
Aku
benar-benar bingung. Apa aku benar-benar harus menghubunginya?
“…….Aku sudah membuka jalan
untukmu dan kau masih mau menyia-nyiakannya juga? Ingat Yunho, ini tahun
terakhir kita sebagai siswa SMA. Buatlah sesuatu yang bisa kau kenang dan
ceritakan disaat kita sudah tua nanti. Jangan sampai kau menyesal tidak sempat
membuat kenangan yang sebenarnya bisa kau buat hanya karena kau terlalu takut.”
Kata-kata
Yoochun kembali terngiang di telingaku. Aku berpikir sejenak. Kulihat jam
dinding menunjukkan pukul 19.20.
YA!! Aku akan mengambil
kesempatan ini. Aku akan membuat kenanganku sendiri di masa SMA ku ini. Aku
akan menghubunginya.
Dengan segera aku ambil handphone
ku dan mulai mengetikkan sms.
To: 08********
Jinsun, ini Yunho. Yoochun tidak bisa
menguhubungimu malam ini karena pulsanya habis. Mmm.. Yoochun bilang lusa kita
akan latihan di ruang musik sepulang sekolah. Kau bisa kan?
Klik. Aku menekan tombol send dan
terkirim. Aku beranjak menuju kamar mandi sambil menunggu balasan dari Jinsun.
15 menit kemudian.
Drrrrt..drrrrt
Kudengar ponselku bergetar. Aku pun segera mengambil ponselku yang
tergeletak di meja belajarku. Dengan harap-harap cemas ku buka inbox di
ponselku. Dan ternyata memang dari Jin Sun.
From : 08********
Oh, Yunho? Ne, ne. aku tahu. Baiklah, aku bisa kok. Hmm. Tidak
sabar mendengar suaramu, Yunho. Hehhe/
Aku tersenyum membaca balasan
dari Jinsun. Tanpa disadari aku membalasnya lagi dan dia pun membalas lagi.
**********************
Krieekk..
Terdengar
suara pintu terbuka. Aku dan Yoochun menoleh kearah pintu ruang musik dan
Jinsun pun berdiri di pintu itu dengan membawa violin di tangannya.
“Yaa,Yoochun, Yunho, jeongmal
mianata. Aku lupa membawa violin, jadinya aku pulang dulu. Mianata.” Jawabnya
sambil terus menundukkan kepalanya.
“ Gwenchana Jinsun. Ayo kita mulai saja.” Ucap Yoochun
sambil membuka tasnya dan mengambil kertas partitur kemudian meletakkannya di
atas piano di hadapannya.
“Ne,” ucap Jinsun. Dia pun segera
membuka tempat violinnya.
“ Sudah siap Yunho??” Tanya
mereka berdua
“Ne, aku sudah mencoba
menyanyikannya di rumah.” Jawabku gugup
“Bagus. Ayo kita mulai.” Ucap
Yoochun.
Kanashimi no mukou kishi ni
Hohoemi ga aru toiu yo
Kanashimi no mukou kishi ni
Hohoemi ga aru to iu yo
Tadori tsuku sono saki ni wa
Nani ga bokura wo matteru?
Nigeru tame ja naku yume ou tame ni
Tabi ni deta hazusa tooi natsu no ano hi
Ashita sae mieta nara tame iki mo nai kedo
Nagare ni sakarau fune no you ni
Ima wa mae he susume
Kurushimi no tsukita basho ni
Shiawase ga matsu toiu yo
Boku wa mada sagashite iru
Kisetsu hazure no himawari
Kobushi nigirishime asahi wo mateba
Akai tsume ato ni namida kirari ochiru
Kodoku ni mo nareta nara
Tsuki akari tayori ni
Hane naki tsubasa de tobi tatou
Motto mae he susume
Amagumo ga kireta nara
Nureta michi kagayaku
Yami dake ga oshiete kureru
Tsuyoi tsuyoi hikari
Tsuyoku mae he susume
Hohoemi ga aru toiu yo
Kanashimi no mukou kishi ni
Hohoemi ga aru to iu yo
Tadori tsuku sono saki ni wa
Nani ga bokura wo matteru?
Nigeru tame ja naku yume ou tame ni
Tabi ni deta hazusa tooi natsu no ano hi
Ashita sae mieta nara tame iki mo nai kedo
Nagare ni sakarau fune no you ni
Ima wa mae he susume
Kurushimi no tsukita basho ni
Shiawase ga matsu toiu yo
Boku wa mada sagashite iru
Kisetsu hazure no himawari
Kobushi nigirishime asahi wo mateba
Akai tsume ato ni namida kirari ochiru
Kodoku ni mo nareta nara
Tsuki akari tayori ni
Hane naki tsubasa de tobi tatou
Motto mae he susume
Amagumo ga kireta nara
Nureta michi kagayaku
Yami dake ga oshiete kureru
Tsuyoi tsuyoi hikari
Tsuyoku mae he susume
Selesai.
Aku selesai menyanyikannya. Aku benar-benar tidak tahu apakah suaraku bagus
atau apa karena mereka hanya terdiam memandangiku.
“Hey,
kenapa kalian diam saja?” tanyaku.
“Hmmm..
Yoochun. aku rasa pilihanmu tepat. Hyaaa.. Yunhoo!!!! Suaramu bagus. Aku suka.”
Ucapnya sambil menghambur kearahku dan memelukku. OMO..mimpi apa aku tadi malam
sampai-sampai hari ini Jinsun memelukku.
“Ehem..”
Jinsun pun melepaskan pelukannya dan berbalik kearah Yoochun.
Sedangkan aku hanya menggaruk
kepalaku yang tidak gatal sama sekali karena aku benar-benar gugup.
“Yoochun.
Gomawo. Kau akan kau, eh tidak aku akan mentraktir kalian eskrim.” Ucapnya
“Mwo?Jinjja?”
ucapku dan Yoochun bersamaan.
“Ne,
tapi, kita latihan satu kali lagi ya.”ucapnya bersemangat.
“Oke.”
Jawabku dan Yoochun
*********************
“Aku
pulang duluan ya.” Ucap Jinsun saat kami selesai makan eskrim sesuai janjinya
tadi. Dia melambaikan tangannya dan segera masuk ke dalam mobilnya.
“Yunho”
panggil Yoochun
“Ne?”
ucapku yang sedang merogoh tasku untuk mengambil kunci motorku.
“Sepertinya
kau sudah mendapat sinyal dari Jinsun.” Ucapnya sambil tersenyum.
“Ahahha.belum
tentu Yoochun.” jawabku sambil berjalan menuju parkiran untuk mengambil
motorku. Yoochun pun mengikuti di belakangku.
“Hey,
apanya yang belum tentu. Kau sudah sms-an dengannya sejak hari itu dan
tadi..tadi dia memelukmu Yunho!!!” ucapnya dengan bersemangat. Aku naik keatas
motorku dan menoleh kearah Yoochun yang juga naik keatas motornya.
“Aku
tidak mau terlalu berharap dulu Yoochun.: ucapku sambil memakai helmku.
“Berharap
itu perlu Yunho. Karena tanpa berharap, kita tidak akan bisa menggapai masa
depan dan apa yang kita inginkan.” Ucapnya sambil memegang helmnya.
“Dulu,
aku pernah ada di posisimu dan kakakku selalu berkata padaku,
Jika kau mencintai seseorang, katakanlah walaupun dengan dua
kemungkinan, Perasaanmu di terima atau perasaanmu di tolak. Itu lebih baik dari
memendam perasaan dengan satu kemungkinan, Kau tidak akan pernah mengetahui
perasaan sebenarnya dari orang yang kau
cintai itu.”
“Jadi kau
pernah menyukai seseorang juga?” tanyaku polos
“ Tentu
saja pernah. Aku juga manusia. Ah. Pabo kau Yunho. Tapi, kenyataannya berbeda
denganmu. Aku sama sekali tidak punya kesempatan untuk mengatakannya karena dia
pindah ke Amerika saat kita masuk SMA.” Ucapnya
“Mwo? Apa
yang kau maksud adalah Chaeyoung?:” tanyaku kaget.
“Ne. Oleh
sebab itu aku tidak mau kau sepertiku. Kalau kau memang benar-benar menyukai
Jinsun, cepat katakan karena kau masih ada kesempatan.” Ucapnya sambil memukul
pundakku pelan. Aku benar-benar tidak tahu bahwa dia menyukai Chaeyoung dan
kata-katanya barusan benar-benar membuatku tersentak. Aku sadar bahwa aku
memang terlalu takut mengutarakan perasaanku pada Jinsun. Hmmph..
Ottokhae? Apa aku harus benar-benar
mengatakannya?
*******************
Hari ini
merupakan latihan terakhir kami. Oleh sebab
itu, kami berlatih dari sepulang sekolah.
“Yaaaa…
Yunho, Yoochun, kita sudahi latihan kita hari ini ya. Sudah malam.Aku sudah
lelah. Sebaiknya kita pulang dan beristirahat supaya besok kita bisa maksimal.”
Ucap Jinsun sambil meletakkan violinnya.
“Hmm. Baiklah.
Ayo kita pulang.” Ucap Yoochun sambil membereskan kertas partitur dihadapannya.
Tiba-tiba raut wajahnya berubah saat dia mengambil ponsel di tasnya.
“Yoochun,
waeyo?” tanyaku.
“ Owh,
Yunho, Jinsun, sepertinya aku tidak bisa pulang bersama kalian. Tiba-tiba
ommaku menyuruhku menjemput kakakku di bandara.” Ucapnya
“Owh,
gwenchana. Kau jemput saja kakakmu.” Ucap Jinsun
“Ne,
gwenchana, biar kami naik bis saja.” Ucapku. Aku memang sengaja tidak membawa
motor karena Yoochun membawa mobil dan menjemputku tadi pagi.
“Jinsun,
benar tidak apa-apa kalau kau naik bis? Kau tidak di jemput?” Tanya Yoochun
kepada Jinsun.
“ Tadi,
supirku sms katanya tidak bisa menjemputku karena istrinya melahirkan. Aku
sudah bilang pada Yunho untuk pulang bersama. Tapi, karena kau ada urusan lain,
aku akan naik bis dengan Yunho saja. Gwenchana.” Ucapnya sambil tersenyum.
“Owh,
baiklah. Yasudah. Aku duluan ya.” Yoochun
melambaikan tangannya dan segera keluar dari ruang musik.
“Yunho, ayo pulang.” Ajak Jinsun.
Aku mengangguk dan berjalan di belakang Jinsun. Tiba-tiba Jinsun berhenti.
“Jinsun,
waeyo?” tanyaku.
“Yunho,
hujan.” Ternyata kami latihan terlalu serius sampai-sampai tidak menyadari
turun hujan.
“ Bagaimana ini? Aku tidak bawa
payung” Tanya Jinsun.
“Hmmm…aku pinjam dengan satpam
sekolah dulu ya. Kau tunggu disini” ucapku
“Andwe, Yunho.” Dia menarik
tanganku. Aku pun menatapnya. Kulihat dia ketakutan.
“Andwe, andwe Yunho, aku tidak
mau sendirian disini. Aku ikut denganmu.” Ucapnya lagi.
“Tapi, diluar hujan Jinsun. Nanti
baju dan violinmu basah.” Ucapku.
“Andwe, aku tidak peduli baju
atau violinku basah. Aku ikut denganmu.” Ucapnya dan memegang lenganku erat.
“Hm. Baiklah. Tunggu sebentar.”
Dia melepaskan tangannya dari tanganku. Aku segera melepaskan jaket yang
kukenakan.
“ Pakailah. Biar violinmu aku
yang bawa.” Ucapku. Dia pun hanya menurut dan kami pun berlari menembus hujan
menuju pos satpam di gerbang sekolah.
Sesampainya di pos satpam, aku
berbicara pada satpam yang sedang jaga
untuk meminjam payung. Aku mengucapkan terima kasih saat satpam tersebut
meminjamkan payungnya. Kami pun segera menuju halte terdekat.
Didalam bis,
Kulihat wajah Jinsun agak takut saat naik
bis ini. Dia pun masih memegang tanganku sejak kami keluar dari pos satpam
tadi.Aku pun memberanikan diri untuk bertanya.
“Jinsun, waeyo?” tanyaku. Dia menoleh
dan tersenyum tipis. Dia mendekatkan wajahnya ke telingaku dan berbisik.
“Aku gugup. Jujur aku baru kali
ini naik bis malam-malam.” Bisiknya.
“Hahhahha.. kukira kau kenapa. Ckckckkc.
Makanya kau jangan sering minta di jemput.” Ucapku
“Aish.kau ini. Malah tertawa/”
Dia memukul lenganku dan mengerucutkan bibirnya. Aku hanya tertawa melihat
tingkahnya itu. Gadis sempurna seperti dia ternyata takut naik bis. Tiba-tiba
aku merasa ada yang memegang lenganku lagi.
“Yunho, aku ngantuk. Perjalanan
kita masih lama kan?
Boleh aku tidur sebentar?” tanyanya.
“Mwo? Tidur? Baiklah. Tidurlah. Nanti
aku bangunkan kalau sudah sampai.” Jawabku.
“Yeey.. gomawo Yunho.” Dia masih
memegang tanganku dan kemudian meletakkan kepalanya di pundakku. Deg..deg.
jantungku berdegup kencang. OMO. Jinsun, aku harap kau tidak mendengar suara
jantungku. Aku memperhatikan wajahnya yang tertidur itu. Manis. Aku benar-benar
berterimakasih dengan Yoochun karena aku bisa sejauh ini dengan Jinsun.
***************
“Yunho, Yoochun!!!!! Kita
menang!!!! OMO.. akhirnya usaha kita tidak sia-sia.” Teriak Jinsun saat panitia
festival mengumumkan pemenang lomba. Kami pun saling berpelukan.
“Yaa, kita harus merayakannya.
Hmm. Bagaimana kalau minggu ini kita jalan-jalan dari pagi sampai malam. Kita ke
taman bermain, ke bioskop, makan. Bagaimana?” ucapnya bersemangat. Aku dan
Yoochun benar-benar syok melihat tingkahnya. Aku baru tahu dirinya sebenarnya
hari ini. Benar-benar bertolak belakang dengan sikapnya di kelas.
“Baiklah.” Ucap ku dan Yoochun
***************
Drrt…drrrt..drrrt..
Ponselku bergetar. Kubuka inbox-ku. Ternyata
Yoochun.
From : Chunnie
Yunho, besok aku tidak bisa ikut. Aku ada
urusan keluarga. Kau berdua dengan Jinsun saja ya. Hmmm..sebenarnya aku mau
sengaja tidak ikut, biar kau saja dengan Jinsun, tapi ternyata memang aku ada
urusan.kekekke. Yunho. Hwaiting!!!! Jangan sia-siakan kesempatan ya. ~.^
Aku hanya tersenyum membaca sms
nya. Dasar kau Yoochun. Bisa-bisanya memberiku banyak kesempatan. Baiklah. Aku
tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
*******************
Keesokan harinya,
Sesuai janji, hari ini aku dan Jinsun akan
jalan-jalan. Ternyata Yoochun sudah memberitahu Jinsun bahwa dia tidak bisa
ikut. Sebagai gantinya, minggu depan kami akan mengadakan BBQ party di rumah
Yoochun. Aku memacu motorku dengan kecepatan penuh agar cepat sampai di rumah
Jinsun. Sesampainya disana, Jinsun sudah menunggu di depan gerbang rumahnya. Aku
menghentikan motorku dan melepas helmku.
“Annyeong
Jinsun.” Sapaku.
“Annyeong,
Yunho. Ayo kita berangkat” Jawabnya dengan mata berbinar-binar. Dengan cepat
dia naik ke atas motorku. Aku pun segera menyerahkan helm padanya dan kamipun
berangkat.
Tujuan
pertama adalah taman bermain. Kami mencoba semua permainan, berfoto-foto, makan
eskrim dan makan gulali. Tujuan kedua adalah took buku. Disini kami membeli
novel dan komik kesukaan Yoochun. Yah, sejak kami jadi satu tim dalam lomba
itu, kami jadi lebih kenal satu sama lain. Setelah puas menjelajah toko buku,
kami pun pergi ke bioskop. Dua jam di taman bermain, satu setengah jam di toko
buku dan dua jam di bioskop membuat kami kelaparan. Jadi, kami mampir sebentar
ke restoran langganan keluarga Jinsun. Setelah mengisi perut. Kami pun pergi ke
mall. Kami menjelajah isi mall dan tak terasa sudah malam. Sebelum pulang, aku
dan Jinsun pergi ke café untuk makan malam.
Sengaja aku pilih café karena aku pikir suasananya akan lebih mendukung
karena aku akan mengutarakan perasaanku padanya. Kami pun memulai makan saat
pesanan kami sudah datang.
“Hmm..Jinsun..”
ucapku sambil meletakkan sendok garpuku. Aku memandang mata Jinsun yang kini
menatapku.
“Ne, waeyo?’
tanyanya.
“Aku mau
bicara sesuatu.” Aku menghela napas sejenak. Mengumpulkan keberanianku dan
mencoba mengingat-ingat kata-kata yang sudah aku rangkai semalaman.
“Bicaralah.”
Ucapnya sambil melanjutkan memakan hidangan di hadapannya. Aku benar-benar
gugup untuk memulainya. Sekali lagi ku tarik napas perlahan.
“Jinsun, sejak
kelas satu, aku sudah kagum padamu. Melihatmu memenangkan berbagai macam
perlombaan, melihatmu aktif di setiap kegiatan sekolah, melihatmu yang banyak
teman, semuanya membuatku kagum.” Dengan hati-hati aku memulai semuanya.
“Hahahhahha..
apakah aku benar-benar seperti itu? aku tidak menyadarinya. “ timpalnya sambil
mengaduk jus strawberrynya. Jantungku berdegup kencang. Ya Tuhan. Dia tertawa. Apakah
yang aku katakana tadi sesuatu hal yang lucu? Perlahan tembok keberanian yang
sudah kubuat sejak malam tadi mulai terkikis. Aku menghela napasku lagi dan
memulai bicara lagi.
“ Ne,
Jinsun.Apa kau tidak pernah menyadari
bahwa kau memang membuat semua orang kagum padamu?”tanyaku.
“Hmm. Tidak.”
Ucapnya singkat dan itu sontak membuat tembok keberanianku terkikis kembali. Namun,
aku tidak mau kalah. Aku mencoba menghimpun keberanianku dan kembali bicara
padanya.
“ Hmm. Sebenarnya
tidak penting juga sih, tapi, sejak bertemu kau, Jinsun, aku berani membuat
keputusan yang penting dalam hidupku.” Aku berhenti sejenak.
“Oh,
Jinjja?Keputusan apa?” tanyanya lagi. Aigoo. Jinsun. Kenapa kau hanya bicara
sesingkat ini dari tadi? Apa kau tidak tahu aku sedang bicara serius saat ini?
“Hmm. Aku
membuat keputusan untuk menyukaimu. “ Aku kembali terdiam sejenak sambil
menundukkan kepalaku untuk mengumpulkan sisa-sisa keberanianku untuk mengungkapkan
hal yang paling penting dari ini.
“ Oh,
terus??” Aku kembali menatap Jinsun.Tiba-tiba aku merasa semua pertahananku
habis. Keberanian ku yang sedikit demi sedikit ku himpun sedari tadi, kini
hanya sia-sia. Mendengar jawabannya yang sesingkat ini dari tadi mengacaukan
semuanya. Semuanya yang sudah kusiapkan hancur seketika. Bagaimana bisa dia
mengatakan kata “terus” ketika aku bilang aku menyukainya???? Ingin sekali aku katakan
padanya bahwa aku ingin dia menjadi yeojachinguku. Tapi, entah kenapa lidahku
susah untuk mengatakannya.
“Terus..Hmmm..
Terus.. Ya, aku hanya suka. Aku hanya kagum padamu.” Yah!BABO!!!!! kenapa
justru kata itu yang keluar. Tiba-tiba suasana menjadi hening. Aku dan dia hanya diam dan kembali memakan hidangan
dihadapan kami. Setelah selesai, kami pun pulang dalam keheningan.
*****************************
Sejak saat
itu, hubungan kami tidak seperti dulu lagi. Kami sudah jarang berkomunikasi
lagi. Kalaupun bertemu, kami hanya
tersenyum sekenanya. Yoochun yang menanyakan perubahan sikap kami pun aku
hiraukan. Aku memang pengecut yang sama sekali tidak becus untuk sekedar
mengatakan perasaanku pada Jinsun dan mengakui kepengecutanku di depan
Yoochun.Keadaan ini terus berlanjut, sampai kami pun lulus dari SMA.
*****************************
5 tahun
kemudian,
Aku menyusuri rak-rak diperpustakaan kota yang dulu sering aku kunjungi
saat SMA. Yah, kini aku sudah menjadi mahasiswa di Seoul University
dan kini aku sudah berubah. Aku tidak menjadi orang yang tertutup lagi dengan
teman-temanku dan kini aku pun sudah punya yeojachingu.
Aku
menemukan buku yang kucari-cari sedari tadi dan segera berjalan menuju penjaga
perpustakaan. Tiba-tiba aku menabrak seseorang. Buku-buku yang dia bawa pun
berjatuhan. Dengan sigap aku membereskan buku itu dan betapa kagetnya aku
dengan seseorang yang berada dihadapanku saat ini. Jinsun.
“Jinsun???”
ucapku kaget.
“Yunho????”
dia pun tekejut. Sejenak kami hanya terdiam. Namun dia memulai percakapan kami.
“ Annyeong
Yunho, apa kabar? Sudah lama tidak bertemu.” Ucapnya tersenyum.
“ Oh,
Annyeong Jinsun. Emm.. kabarku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” jawabku
sambil menyerahkan bukunya tadi.
“Hmm. Aku
juga baik. Tidak menyangka akan bertemu denganmu disini. Bagaimana kalau kita
minum the atau kopi dulu?”
“Oh, ne.
Baiklah.” Jawabku.
Kami pun pergi kekedai terdekat dan mulai mengobrol. Kami
membicarakan masa SMA kami. Kami pun tertawa mengingat kepolosan kami saat itu.
Obrolan kami berlanjut sampai saat kejadian di malam itu.
“Yunho,
boleh aku tahu, sebenarnya apa yang mau kau katakan padaku saat itu?” tanyanya
tiba-tiba. Aku tersedak karena saat dia bertanya tadi aku sedang meminum
kopiku.
“Hmm.
Gwenchana Yunho????” tanyanya dengan muka khawatir.
“Ani,
gwenchana. Hmm.. kau benar-benar ingin tahu?” tanyaku untuk memastikan. Dia
hanya mengangguk. Aku menghela napasku dan mencoba mengatakannya. Tidak ada
salahnya kan,
karena kami sama-sama sudah punya pasangan. Aku rasa ucapanku ini tidak akan
mempengaruhi semuanya.
“Sebenarnya
saat itu aku ingin mengatakan padamu bahwa aku mau kau menjadi yeojachinguku.” Ucapku.
Yak! Akhirnya kata-kata itu keluar juga. Sejenak kami kembali terdiam hingga
dia memecah keheningan diantara kami.
“Yunho,
sebenarnya dulu aku juga menyukaimu.” JDARR!! Ucapannya tadi benar-benar bagai
petir di siang bolong. MWO??? Dia juga menyukaiku??
“Aku tidak
tahu sejak kapan aku mulai menyukaimu. Yang jelas, saat kau mulai mengsms ku
aku sudah merasa cocok denganmu. Saat kau bergabung dengan Yoochun dan aku
untuk lomba itu, aku pun merasakan sesuatu yang membuatku nyaman dan kagum
padamu. Disaat kau mengantarku pulang dan saat mendengar suaramu. Semuanya
membuatku nyaman. Dan aku juga merasa kau mempunyai perasaan kepadaku juga. Namun,
sebagai wanita, aku hanya bisa menunggu. Menunggumu mengutarakan perasaanmu. Dan
di malam itu, aku benar-benar menantimu untuk mengatakan hal itu. Tapi, sampai
saat kita lulus pun , kau tidak pernah mengutarakannya. Yunho, aku rasa aku
telah berbuat kesalahan besar karena hanya menunggumu” Ucapnya lagi.
“Tidak.
Jinsun. Tidak. Bukan kau yang salah. Kau tidak salah karena memang sudah
sewajarnya kalau wanita menunggu. Aku yang salah. Aku yang terlalu pengecut
karena tidak berani mengatakannya padamu padahal tinggal sedikit lagi aku dapat
mengatakannya padamu. Seharusnya saat itu keberanianku lebih besar dari rasa
ketakutanku akan penolakanmu. Seharusnya aku mengatakannya padamu. Walaupun
akhirnya nanti akan diterima atau ditolak olehmu toh hanya dua pilihan itu yang
ada saat kita mengutarakan perasaan kepada seseorang. Penyesalan memang selalu
datang belakangan. Percuma saja aku menyesalinya sekarang. Kita tidak dapat
kembali ke masa itu. Yang ada kini adalah masa depan, yaitu masa depan dengan
pasangan kita saat ini.” Ucapku dan pertemuan kami ini pun menjadi pertemuan
terakhir kami.
*******************
Pelajaran
yang bisa kuambil dari kisahku ini adalah aku harus berani mengusahakan apa
yang selama ini aku inginkan. Aku harus terus mengusahakannya walaupun dengan
kemungkinan terburuk sekalipun karena disaat aku berhenti berusaha, kegagalan
dan penyesalan lah yang akan aku dapat. Sama seperti menyukai seseorang, aku
harus berusaha mengatakan perasaanku itu karena disaat aku berhenti mencoba
mengatakannya, aku tidak akan pernah tahu perasaan orang yang kucintai itu dan
pada akhirnya, lagi-lagi kegagalan dan penyesalan yang akan kudapat
Jung
Yunho
END
Tararrarrararrararmmm…Gischan,
gimana????? Mian ya kalo gaje n aku buatnya Yunho ga jadi sama kamu soalnya aku
ga rela. Hehehehhe *senyum evil**diplototin Changmin n Kyu*
Semoga suka ya Gischan… :*
No comments:
Post a Comment