Sunday, March 4, 2012

My fanfic- Coagulation


Author: Shin Eunki
Title : Coagulation (SongFict)
Cast : Yesung
            Choi Min Hee
Genre: Sad romance
Length : Oneshoot
Disclaimer: It’s just Songfic, based on Suju’s song Coagulation but the story is mine
                    So, don’t bash. Take full credit.

*berhubung author lagi demen dengerin Coagulation, jadi buat ff ini deh. Enjoy reading n don’t forget to give your thumbs n comments J *

                                    ********************
            “Oppa!!!!” teriak Min Hee manja kepada seorang namja bernama Yesung yang kini tengah duduk di taman tak jauh dari rumah Min Hee. Min Hee mengayuh sepedanya lebih cepat agar dia dapat segera memeluk namja itu. Saat dia sudah sampai, dia menjatuhkan sepedanya sembarangan dan tak perlu dikomando lagi, Min Hee langsung menghambur kearah Yesung dan memeluknya.
            “Oppa, Bogoshipoyo.” Ucap Min Hee manja.
            “Ya! Min Hee-ah. Lepaskan. Kau ini seperti anak kecil saja.” Ucap Yesung sambil melepaskan tubuh Min Hee. Dengan sikap cuek nya yang seperti biasanya, Yesung berdiri dan berjalan melewati Min Hee. Dengan mulut dikerucutkan, Min Hee membalikkan badannya dan berteriak memanggil Yesung yang kini sudah berjalan menjauh.
            “YA!!! OPPA! Kau keterlaluan! Aku sangat merindukanmu oppa!!!!!” teriak Min Hee. Yesung berbalik arah dan berkacak pinggang dengan muka malas membalas teriakan Min Hee.
            “Ya! MIN HEE! Kau bisa berhenti bicara? Jangan sampai suaramu yang tidak cukup enak didengar itu membuat orang yang tinggal disini terganggu.” Teriak Yesung lalu membalikkan badannya. Mata Min Hee membulat dan seketika itu juga dia mengambil sepedanya dan menyusul Yesung.
            Saat dia sudah menjajari Yesung, dia pun melepaskan satu tangan dan menepuk-nepuk bahu Yesung.
            “Oppa, oppa,,oppa.. kau marah padaku? Aku salah apa? Apa aku salah kalau memelukmu? Nan nomu nomu nomu bogoshipoyo oppa. Kau tahu, aku kan baru saja keluar dari rumah sakit. Dan aku sama sekali tidak melihatmu menjengukku. Kau jahat sekali oppa. Tapi tenang saja oppa, aku sudah memaafkanmu kok. Jadi boleh kan aku memelukmu sekali lagi?” ucap Min Hee tanpa berhenti dan terus menengok kearah Yesung sambil mengayuh sepedanya.  Tiba-tiba Yesung menghentikan langkahnya dan saat itu juga Min Hee kehilangan keseimbangannya dan jatuh dari sepedanya. Tanpa ekspresi dan bantuan yang berarti untuk Min Hee, Yesung melihat kerah Min Hee dan berbicara dengan pelan tapi tajam.
“ Kau sudah selesai bicara? Boleh aku yang berbicara sekarang? Baiklah, sekarang aku yang berbicara.  Jujur aku sudah muak dengan kelakuanmu Min Hee. Kau tahu, kau ini sangat kekanak-kanakan. Aku tidak suka kau bermanja-manja seperti tadi. Memelukku seenaknya. Kupikir setelah kau keluar dari rumah sakit kau bisa sedikit berubah. Tapi pikiranku salah. Kau justru semakin buruk dimataku. Sudah cukup kau merampas Min Rin dariku. Tolong, jangan ambil kebebasanku juga, Min Hee-ah. Kau tahu, tidak akan pernah ada yang dapat menggantikan Min Rin dihatiku sekalipun itu adiknya sendiri, yaitu kau.  Jadi, berpikirlah dengan realistis.” Ucap Yesung sambil berlalu dan masuk ke gerbang rumah didepannya.
Mendengar ucapan Yesung tadi seketika membuat Min Hee terdiam. Tak disangka orang yang dia kagumi dan dia cintai itu dapat mengatakan hal sekasar itu padanya. Min Hee tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Apa yang telah aku lakukan pada onnie sehingga Yesung oppa begitu kasar padaku?

                        ***************************

Flashback (a week ago)
      “Onnie-ya. Apa sakitku tidak bisa sembuh? Apa aku tidak bisa melihat Yesung oppa lagi nanti?” tanya Min Hee kepada Min Rin yang menemaninya dirumah sakit. Min Hee memang memiliki tubuh yang lebih lemah daripada Min Rin. Dia menderita lemah jantung. Dengan senyum yang dipaksakan, Min Rin memgusap kepala Min Hee.
      “Sabar ya Min Hee sayang. Kau pasti akan sembuh dan bisa melihat Yesung oppa lagi.” Hibur Min Rin.
      “Onnie, kalau aku sembuh nanti, onnie pergi dengan aboji ya ke Paris. Supaya Yesung oppa tidak mencari-cari onnie terus. Bisa kan onnie bilang dengan Yesung oppa? Jangan mencari onnie terus. Yesung oppa harus mencariku dulu baru onnie. Bagaimana?” ucap Min Hee.
      “Ne, Min Hee. Kalau perlu onnie tidak perlu ke Korea lagi supaya ka uterus bersama Yesung oppa. Tapi, kau harus tidur dulu. Bagaimana?” ucap Min Rin dengan air mata tertahan.
      Min Hee mengangguk dengan senyuman dibibirnya. “ Jaljayo, onnie” ucap Min Hee lalu menutup matanya. Seketika setelah Min Hee menutup matanya, Min Rin keluar kamar dengan air mata yang sudah tidak bisa ditahannya lagi. Menerima permintaan Min Hee membuat hatinya sakit. Min Rin terisak di lorong rumah sakit yang kini sudah lengang. Dia menutup mulutnya agar tidak membangunkan pasien yang dirawat di rumah sakit itu. Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya dan menarik tubuhnya kedalam pelukan orang itu. Min Rin menatap sejenak wajah orang itu. Yesung. Laki-laki yang dia sekaligus Min Hee cintai. Namun, mereka harus menyembunyikan hubungan ini dari Min Hee. Min Rin sadar bahwa Min Hee sudah banyak menderita selama ini karena penyakitnya yang menyebabkan dia tidak bisa bergaul dengan bebas seperti dirinya ditambah dia tidak pernah merasakan kasih sayang omma dan appanya yang meninggal karena kecelakaan dan Yesung lah satu-satunya orang yang dapat memberi kehidupan dan kebahagiaan bagi Min Hee.
      “Yesung-ah. Keputusanku sudah bulat. Aku akan mendonorkan jantungku padanya.” Ucap Min Hee sambil terisak. Dadanya sesak mengatakan hal itu, namun, itu satu-satunya cara yang dapat dia lakukan demi adik satu-satunya.
      “ANDWE!! Kau pikir rumah sakit ini tidak bisa memberikan donor jantung yang lain, hah?  Bersabarlah Min Rin. Kau tidak perlu berbuat terlalu jauh begini.” Ucap Yesung.
      “Tapi, Yesung-ah. Aku tidak kuat melihatnya seperti ini. Dia sangat mencintaimu Yesung-ah. Hanya dengan cara ini yang bisa aku lakukan agar dia bahagia. Lagipula aku sudah cukup lama hidup didunia ini. Aku sudah cukup mendapatkan kasih sayang orang yang aku cintai. Aku sudah cukup menikmati apa yang kudapat selama aku hidup. Aku ingin sekali memberikan kesempatan bagi Min Hee untuk merasakannya juga. Dia berhak merasakannya Yesung-ah.” Ucap Min Rin
      “Min Rin-ah. Apa yang kau katakan, hah? Sudah cukup merasakan apa? Kau belum merasakan hal yang paling membahagiakan bagi seorang perempuan. Kau harusnya menikah denganku. Jangan pernah berfikir kau akan meninggalkanku seperti ini.
Dan harus kau tahu, aku tidak akan bisa menerima adikmu sekalipun kau memaksaku. Karena yang aku cintai bukan dia, tapi kau Min Rin –ah.” Ucap Yesung tegas.
            “Yesung-ah. Aku mohon. Tolonglah Min Hee. Tolong berikan dia kebahagiaan seperti kau memberi kebahagiaan padaku. Kau akan selalu melihatku, karena jantungku akan berada di dalam diri Min Hee. Apakah itu belum cukup? Apakah itu tidak bisa membuatmu mengikhlaskanku?” tanya Min Rin lagi.
            “Ya! Min Rin-ah. Hentikan pikiran bodohmu itu. kau pikir dengan jantungmu yang ada di dalam tubuh  Min Hee dapat membuatku memperlakukannya seperti aku memperlakukanmu? Kau salah. Kau justru akan membuatku menjadi orang yang paling jahat karena saat melihatnya aku akan selalu melihat bahwa dia yang telah merampas mu dariku. Aku tidak akan pernah bisa melakukan ini.” Ucap Yesung frustasi.
            “Tapi, Yesung-ah…. “ ucapan Min Rin terputus karena kini Yesung telah mendaratkan ciuman di bibir Min Rin.

                                                ***************
Chagawoon nuhui geu han madiga naui maeume dahke dwaesseul ddae
When your cold words reach my heart
Nae noondongjaen nado moreuneun chokchokhan eeseul bangwool
            In my eyes, without me knowing, wet dewdrops

                 Min Hee terus saja mengayuh sepedanya. Hatinya sakit mendapat perlakuan seperti itu dari Yesung. Orang yang selama ini sudah menjadi alasan baginya untuk hidup. Orang yang selalu membuatnya mempunyai harapan untuk bertahan melawan penyakitnya. Orang yang selama ini selalu dia doakan sebelum dia terlelap dengan harapan saat dia terbangun nanti, dia akan tetap melihat wajahnya. Namun, saat ini hatinya benar-benar hancur berkeping-keping. Dia menjatuhkan sepdeanya sembarangan saat sudah sampai di hamparan luas pemakaman didekat rumahnya. Kata-kata Yesung benar-benar membuatnya linglung dan tanpa sadar dia kini telah terduduk di tanah di pusara kakaknya, Min Rin.

            Air matanya terus saja mengalir. Dia memegang dadanya dengan kedua tangannya.
            “Onnie-ya. Apa yang aku lakukan? Apa yang aku lakukan sehingga membuat Yesung oppa begitu benci padaku. Apa maksudnya bahwa aku telah merampasmu dari Yesung oppa? Sebenarnya apa yang sudah aku lakukan onnie?” ucap Min Hee lemah. Dia menarik rumput yang ada disekitarnya untuk membantunya menahan rasa sakit yang dia rasakan sekarang.
            “Onnie-ya. Jawab aku. Onnie-yaaa. Sakiiit, onnie. Aku harus mengatakan hal ini pada siapa lagi? Semua ini lebih menyakitkan daripada harus menahan sakit nya penyakitku onnie.. onnie . aku harus bagaimana? Onnie-ya! Kau harus bangun dan menyadarkan oppa. ONNNNIIIEEE!!!!” teriak Min Hee sekencang-kencangnya dengan air mata yang kini sudah seperti sungai kecil yang mengalir disela-sela mata mungilnya.

Uhdisuh uhdduhke jakkooman maethineunji nado moreujyo (Where they’re from and how they form over and over even I don’t know)
Geunyang naega manhi apeun guhtman arayo Ddeuguhwuhdduhn gaseumi juhmjuhm ssaneulhajyo
The only thing I know is that I just really hurt
. My formerly burning heart is slowly becoming cold
Mwuhrago marhalji, uhdduhke bootjabeulji nado moreugejjanha
I don’t know what to say, or how to hold on to you

Uhdduhke nan uhdduhke hajyo
How can I, How can I do it

Nanananana nanananana yoorichangedo nae noon wiedo
Eeseul maethyunne noonmool maethyunne jageun naetmooreul mandeune
Nanananana nanananana on the window and on my eyes
dew forms, tears form, a small stream is made

                                                            ***********
Noon gameumyuhn heulluh naerilggabwa haneureul ollyuhbwado ( I’m afraid that if I close my eyes they will flow even as I look up to the sky)
Gyuhlgoogen mooguhwuhjin noonmool han bangwooreul delkyuhbuhrigo marajji (Of the tears that have ultimately become worse, one drop was finally discovered)
            Min Hee masih terduduk di samping pusara Min Rin. Dengan pandangan kosong dia kembali meracau.
           “Onnie, sudah lima jam aku disini, aku menunggumu untuk menjawab pertanyaanku. Tolong jawab aku onnie. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku bisa menghentikan air mata ini onnie? Onnie, aku takut onnie. Aku takut. Kenapa aku harus merasakan ini onnie? Kenapa aku harus menangis lagi untuk rasa sakit yang berbeda?” ratap Min Hee.
Uhdduhke  Dashin nuhl bol soo uhbseumyuhn nan uhdduhke (How If I can’t see you again then how can I)
            “Onnie-ya? Onnie-ya? Eottokhae onnie? Eottokhae? Bagaimana ini onnie? Yesung oppa tidak mau melihatku lagi. Yesung oppa membenciku, onnie. Bagaimana aku bisa hidup tanpa dia onnie? Aku tidak punya siapa-siapa lagi sekarang. Hanya dia onnie, hanya Yesung oppa yang aku butuhkan saat ini. Onnie-ya, apa lebih baik aku menyusulmu? Apa aku sebaiknya ke tempatmu? Onnie-ya, apa aku harus kesana supaya kau bisa menjawab semua pertanyaanku ini?” ucap Min Hee pelan.
                                                ************
            Angin berhembus kencang. Langit sudah mulai mendung. Min Hee terbangun dari posisinya. Matanya memandang lingkungan sekitarnya. Pemakaman. Dia masih disana. Tertidur cukup lama dan kini hari sudah mulai gelap. Suara-suara guruh dari langit terdengar cukup keras. Min Hee masih terduduk di depan pusara kakaknya. Memandang kosong gundukan didepannya. Angin yang sudah menyapu rambutnya berkali-kali tak dihiraukannya. Tubuhnya kembali terguncang dan air matanya kembali mengalir. Dia menundukkan kepalanya. Mencoba menahan tubuhnya yang sudah berguncang hebat. Min Hee menangis tanpa suara. Dan bersamaan dengan turunnya tetes pertama air dari langit, Min Hee beranjak dari posisinya. Dia meraih sepeda yang sedari tadi tergeletak di belakangnya. Dia menaikinya dan mengayuhnya. Semakin lama hujan pun turun semakin deras menyamarkan air matanya yang juga terus mengalir. Tanpa menghiaukan teriakan orang-orang yang dia lewati karena membuat orang-orang itu basah terkena cipratan air hujan di jalan yang dia lewati, Min Hee tetap mengayuh sepedanya hingga terhenti pada di tempat telepon umum. Dia menjatuhkan sepedanya dan segera masuk kedalamnya. Dengan tangan gemetar Min Hee menekankan jari-jarinya pada tombol nomor telpon tersebut. Terdengar nada sambung dan tak lama setelah itu, terdengar suara berat seorang namja.
            “Yoboseyo?” terdengar suara berat namja itu dengan nada ramah. Min Hee mendekap mulutnya untuk menahannya menangis lagi. Namun, sepertinya usahanya sia-sia. Air matanya justru semakin lama semakin mengalir deras. Mendengar suara ramah dari Yesung benar-benar membuatnya sakit. Teringat olehnya kata-kata kasar Yesung yang bertolak belakang dari suaranya saat ini.
            “Yoboseyo? Nuguya? Ada yang bisa saya bantu?” tanya suara namja ditelpon itu.
            “Oppa..” Min Hee memberanikan diri untuk membuka suaranya dan berbicara pada Yesung.
            “Min Hee??” terdengar suara Yesung di dalam telepon itu. Sejenak suasana sunyi menyelimuti mereka hingga Min Hee kembali memberanikan diri untuk berbicara.
            “Oppa. Tolong jangan putuskan telepon ini. Tolong dengarkan aku sekali ini saja. Jebal.” Diam. Tak ada suara dari Yesung. Namun telepon belum terputus. Min Hee  menarik napas perlahan dan kembali berbicara.
            “Oppa. Mungkin kata-kataku bahkan diriku tidak berharga bagimu. Tapi oppa, kau harus tahu, seberapa besar kau membenciku, aku tidak akan pernah bisa untuk membencimu juga. Aku memang wanita lemah, manja, kekanak-kanakan. Tapi, aku juga manusia oppa. Aku bisa merasakan sakit juga. Aku sudah merasakannya bertahun-tahun oppa. Tapi, rasa sakit yang aku rasakan ini berbeda oppa. Aku tidak tahu apa yang sudah aku lakukan padamu sampai-sampai kau begitu membenciku. Oppa, sebenarnya apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan supaya kau tidak membenciku lagi? Katakan oppa. Aku yang harus aku lakukan sehingga bisa mendapatkan nilai yang baik dimatamu? Nan eottokhae hajyo??” ucap Min Hee.
Diam. Hanya itu jawaban yang didapat Min Hee. Min Hee menyenderkan tubuhnya pada sisi box telepon itu. mencoba berharap akan terdengar suara dari telepon yang digenggamnya saat ini. Beberapa menit sudah berlalu. Belum terdengar sekalipun suara dari telepon itu. Yang terdengar hanyalah suara air hujan yang jatuh semakin deras. Digenggamnya tangan putihnya yang sudah mulai bergetar kedinginan disela-sela telepon yang dia genggam. Masih belum ada suara dari pemilik telepon yang tersambung padanya kini. Pasrah. Min Hee meletakkan gagang telepon itu ke telinganya.
“Arasso, oppa. Tidak usah menjawab. Aku tahu jawabannya. Gomawo oppa, setidaknya kau sudah memberi kesempatan padaku untuk merasakan perasaan ini. Jeongmal mianhaeyo. Jeongmal saranghaeyo oppa.” Ucap Min Hee. Dengan perlahan dijauhkannya gagang telepon itu dari telinganya dan hendak meletakkan ke tempatnya semula. Namun, suara dari telepon itu membuat tangannya terhenti di udara dan kembali meletakkannya di telinganya.
Jaga jantung itu. Yang perlu kau lakukan adalah jaga jantung itu. Jangan sampai kau melukai jantung itu lagi. Hanya itu. Jaga jantung Min Rin untukku. Setelah ini, aku akan pergi keluar negeri dan tidak akan kembali kenegara ini lagi. Hidup bahagialah dengan jantung itu. Temukan orang yang lebih baik dari diriku karena yang kucintai hanya Min Rin. Sekeras apapun kau berusaha untuk membuatku mempunyai perasaan yang sama denganmu, itu akan sia-sia.  Hanya dengan cara itu kau bisa bernilai lebih baik dimataku.” Tuuut…sambungan terputus.
Lutut Min Hee melemas. Dia jatuh terduduk dan gagang telepon yang dia genggam tergantung tak berdaya di depannya dengan mendengungkan suara sambungan terputus. Min Hee menangis sejadi-jadinya mendengar ucapan terakhir yang diucapkan Yesung padanya. Jadi, jantung ini jantung onnie?? Pikirnya
Min Hee menatap gagang telepon yang tergantung didepannya dan menyunggingkan senyum yang sejujurnya berlawanan dengan suasana hatinya saat ini.
“Yesung oppa.. sekeras apapun kau berusaha membuatku membencimu, aku tidak akan membencimu. Aku akan menjaga jantung ini untukmu.. dan juga onnie Min Rin.”
Uhdduhke  Dashin nuhl bol soo uhbseumyuhn nan uhdduhke
(How If I can’t see you again then how can I)
Naeil achim nado moreuge juhnhwagi eh Hwagi eh
            Soni daheumyuhn geuruhmyuhn naneun uhdduhke (Nan uhdduhkharago)
            Wooseumyuh nuhege joheun moseup namkigo shipuh nuhreul bwajjiman
            Gyuhlgoogen heulluh naeryuhjji
Tomorrow morning when I unknowingly reach for the telephone (telephone)
What will I do then (Tell me what to do)
I want to smile and leave you with a good image but when I look at you
 The tears ultimately fall down
END
                                                ***************
            HOHOHOHO.. segitu ajj deh FF nya. Hhaha. Mian ya kalo gaje n agak lebay. Hehehe author lagi melankolis banget siiiih. Tapi, semoga suka ya. Please appreciate my creation ya! J



No comments:

Post a Comment